50 ☠ Mission Completed, Let's Go to the Party!

52 4 1
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Suasana ballroom AGA Company begitu meriah malam ini. Hiasan dan pernak-pernik digantung dan disusun dengan cantik di setiap sudut ruangannya. Panggung besar berada di sisi Timur ruangan juga begitu mewah dengan adanya alat-alat band di atasnya.

Para tamu mulai banyak berdatangan memenuhi sebagian ballroom. Sebagian lagi berada di luar, tepatnya di taman kantor yang disulap menjadi outdoor party. Belum lagi ada kolam air mancur yang di setiap bagiannya juga dipasangi pernak-pernik lucu. Di dalamnya juga ada ikan mas yang meliuk-liuk seolah tengah berdansa.

Di pintu masuk ada beberapa bodyguard yang memang ditugaskan untuk menjaga keamanan. Takut-takut ada musuh atau perusuh dalam acara. Semuanya sudah disiapkan dengan matang dan sempurna. Sementara acara akan dimulai tepat pukul delapan malam.

"Wahh, gilaaa. Keren banget dekorasinya," decak kagum Raffael begitu memasuki ballroom.

"Kali ini gue setuju sama lo," sahut Zen sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

Raffael dan Zen tampak gagah dengan kemeja dan jas hitam mereka. Belum lagi celana bahan dengan warna senada dan sepatu kulit yang membalut kaki keduanya. Rambut yang ditata rapi ke belakang, ditambah dengan sedikit hair gel juga membuat penampilan kedua badboy dari Universitas Merpati Jingga itu begitu menawan. Kemudian topeng hitam yang menutup sebagian wajah mereka juga tampak bagus ketika dikenakan.

"Merasa paling keren gue kalo dateng ke pesta ginian," celetuk Raffael disertai kekehan percaya dirinya. "Moga aja bisa dapet cewek seumuran dari kampus lain di sini, hahay."

Zen spontan memutar bola matanya malas. Menurutnya, Raffael itu terlalu percaya diri dan terlalu berharap pada hal yang belum pasti. Nanti kalau tak sesuai ekspektasi malah ditangisi. "Cewek mulu pikiran lo. Gini nih akibat kelamaan jomblo," cibir Zen tak tanggung-tanggung. "Ini si Davin mana, sih? Katanya udah otw, tapi kagak dateng-dateng."

"Kejebak macet mungkin. Mending kita tungguin di situ aja," ujar Raffael sembari menunjuk beberapa kursi yang berada di dekat pintu masuk. Zen sendiri hanya mengangguk setuju. Keduanya pun memilih untuk duduk di sana menikmati suasana sembari menunggu sang kapten tiba.

Hingga sepuluh menit pun berlalu, yang ditunggu-tunggu juga sudah datang sejak tiga menit yang lalu. Davin datang bersama dengan Louis, sang point guard. Davin tampak berbeda dengan setelan jas hitamnya, meskipun aura badboy dari dirinya masih terlihat. Headband yang biasa menghiasi kepalanya itupun tidak ada, membuat tampilannya jadi sedikit lebih dewasa. Louis pun tak jauh berbeda, pemuda itu tampak sangat tampan dengan setelan jas abu-abunya.

Keempat pentolan sekaligus pemain basket andalan dari Universitas Merpati Jingga itu tampak sangat menawan. Mereka berempat begitu menikmati pestanya sembari menunggu puncak acara beserta pesta dansa yang akan diadakan tepat ketika tengah malam. Bahkan tanpa diduga, mereka juga bertemu dengan Cavin dan kawan-kawan di sana. Kedua rival abadi ketika di lapangan basket itu berbicara santai seolah tanpa beban.

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang