•
•
•"Arlen, maafin gue. Karena gue, lo jadi harus terlibat begini." Hazell menundukkan kepalanya seraya menatap sang sepupu yang masih tertidur di atas ranjang rumah sakit. Ia menatap nanar pergelangan kaki kanan sepupunya yang terdapat gips dan diangkat dengan cukup tinggi di atas selendang putih yang ujungnya terikat dengan langit-langit ruangan tersebut.
Kedua telapak tangan Hazell terkepal erat, lalu melonggar dan menyingkirkan anak rambut Arlen yang menghalangi pandangannya. "Padahal lo baru aja pindah ke sini, tapi gue malah bikin lo terlibat dalam masalah." Gadis dengan wajah baby face itu meredam suara isakannya yang mulai terdengar. Ia tidak ingin membuat Arlen terbangun karena suaranya.
Jam di ponselnya masih menunjukkan pukul tujuh pagi, ia harus berangkat ke kampus setengah jam lagi. Setiap pagi ia memang menyempatkan diri untuk ke rumah sakit dan meletakkan bekal yang dibuatkan oleh sang ibunda untuk Arlen. Sepupunya itu memang tidak terbiasa bangun pagi, maka dari itu ia biasa meninggalkan kotak sarapan di samping ranjang dan meminta suster untuk menyuapinya nanti.
"Arlen, gue tinggal ke kampus dulu ya. Get well soon, my cousin." Hazell tersenyum simpul sebelum meraih tasnya yang ia letakkan di bawah kaki ranjang dan bergegas ke pintu ruangan. Ia harus cepat-cepat ke halte bus jika tidak ingin terlambat.
Drap, drap, drap!
Suara langkah kaki Hazell yang diyakini mulai menjauh, membuat Arlen yang semula masih menutup mata, kini memberanikan diri untuk membuka kelopak matanya. Kepalanya ia tolehkan ke arah pintu kamar rawatnya, lantas tersenyum miris. "Gue tau kalo apa yang terjadi sama gue itu bukan suatu kecelakaan yang tidak disengaja, Hazell. Kapan lo akan kasih tau gue soal apa yang sebenarnya terjadi?" lirih gadis yang terbaring di atas ranjang rumah sakit tersebut.
Arlen benar-benar tidak bisa menduga apapun, ia hanya menunggu Hazell agar mau jujur dengan sendirinya. Karena Arlen tahu, kalau sepupunya sedang tidak ingin berbagi masalah dengannya, itu berarti Hazell merasa ia bisa menangani masalahnya sendiri tanpa bantuan siapapun.
Netra gadis itu langsung mengarah ke samping, ke arah nakas dengan sebuah kotak bekal berwarna biru tua polos di sana. Senyuman tipis kini tercipta di bibir Arlen. Ia memencet tombol yang berada di dekat ranjangnya untuk memanggil perawat dan meminta perawat tersebut agar menyuapinya makan. Karena jujur saja, perutnya sudah minta diisi sejak semalam.
☠☠☠
"Gimana keadaan sepupu lo?"
Hazell yang semula fokus dengan sandwich di tangannya, kini mengalihkan pandangan pada Louis yang baru saja ikut duduk di mejanya sembari membawa semangkuk mie ayam di tangannya. Hazell menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Louis dengan lesu. "Dia udah baik-baik aja. Cuma emang perlu waktu buat pulihin kakinya supaya bisa jalan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO ELITE ✔
Mystery / Thriller[𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟏] Genre : Mystery / Thriller - Drama Tema : Psychopath ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Psycho Eli...