•
•
•Kirei pulang dari rumah Reynand dengan perasaan tidak enak yang terus saja mengganggunya. Ini aneh, tidak biasanya ia merasa gelisah seperti ini. Bahkan tadi ia sampai mendapat teguran dari Bu Amber karena tidak fokus selama bermain piano. Not yang ditekannya banyak yang meleset.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa gue gelisah banget?"
Kirei mempercepat kayuhan sepedanya agar segera sampai di rumah. Napas gadis itu bahkan sudah terputus-putus karena kelelahan. Gadis itu hanya ingin memastikan kalau kecemasannya itu benar tak beralasan.
Brak!
Kirei membuka pintu rumahnya dengan keras, gadis itu berlari ke kamar kedua orang tuanya dan langsung membukanya. Undakan tangga ia pijak dengan kasar, membuat telapak kakinya terasa kebas dan panas.
Kosong.
"Bukankah seharusnya mereka sudah pulang?" gumam Kirei.
Oke, Kirei benar-benar panik sekarang. Dengan tergesa-gesa ia kembali menuruni tangga, mengambil sling bag miliknya yang bertengger nyaman di sofa ruang tamu dan mengeluarkan ponselnya. Tentu saja untuk menghubungi kedua orang tuanya.
"Kok nggak bisa dihubungi, sih?" Kirei memandang layar ponselnya yang justru kembali memasuki nada sambung. "Ah, kenapa gue nggak telepon Om Jhovando aja?" Kirei mengangguk singkat, menyetujui pemikirannya. Ia bergegas mencari nomor Om Jhovando yang merupakan orang kepercayaan orang tuanya, sekaligus sahabat dari papanya.
Beruntungnya Kirei karena Om Jhovando langsung mengangkat telepon darinya.
"Halo Om, maaf Kirei ganggu malam-malam. Begini, Om tau Mama sama Papa Kirei pergi ke mana nggak?"
"Eum soal itu, mereka tadi sempat mampir ke rumah Om. Katanya mereka harus ke villa keluarga di puncak, gatau deh ngapain."
Kirei mengerutkan keningnya. "Apa mereka menitipkan perusahaan pada Om?" tanya Kirei hati-hati. Gadis itu dapat mendengar suara kekehan di seberang sana. Entah apa yang lucu dari pertanyaannya.
"Ya, kamu benar. Tau sendiri bagaimana orang tuamu itu, mereka selalu bepergian seenaknya dan menimpakan tugas-tugas kantor pada Om."
Kirei meringis meminta maaf. Om Jhovando memang benar, terkadang ia jadi tidak tega dengan pria paruh baya tersebut. Namun mau bagaimana lagi, itu sudah pekerjaannya.
"Oh iya, Jeselyn merindukanmu loh."
Kirei ikut tertawa kecil saat mendengar suara tawa Om Jhovando dari seberang sana. Jeselyn itu anak dari Om Jhovando, gadis itu sudah menginjak bangku kelas dua belas sekarang. Ya, Kirei cukup akrab dengannya, Jeselyn gadis manis yang ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO ELITE ✔
Mystery / Thriller[𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟏] Genre : Mystery / Thriller - Drama Tema : Psychopath ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Psycho Eli...