05 ☠ Waiting for Gifts - Belated Hunch

176 46 39
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Bagaimana peti hitam yang aku berikan tempo hari? Kau sudah menemukan petunjuk dari dalam peti itu?" tanya seorang pria paruh baya pada laki-laki di depannya.

Laki-laki itu mengangguk tanpa suara. "Melisa Callsey dan Melvino Callsey, sepasang suami istri yang cukup terkenal di kalangan atas. Apakah aku harus membunuh mereka?"

Seringai misterius terbit di bibir pria paruh baya yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu. Kedua tangannya saling menyatu dan dijadikan tumpuan untuk dagunya.

"Ya, mereka adalah targetmu selanjutnya, Geovan."

☠☠☠

"Kireiii, Papa pulang!"

Seorang pria paruh baya tampak baru saja memasuki suatu rumah mewah dengan jas kantor yang masih melekat di badannya. Pria tersebut mengerutkan keningnya saat tak mendapat sahutan sama sekali dari dalam.

"Kireiii, ke mana anak itu?"

Sementara sang empunya nama sekarang masih berada di kamarnya dengan laptop yang menyala, terputar sebuah lagu dari dalamnya. Gadis yang bernama lengkap Febrina Callista Kirei itu tengah asik melakukan hobi menyanyinya, dengan sisir di tangannya sebagai microphone.

"Lalalala~"

Ceklek!

"Astaga, pantesan nggak denger."

Kirei menoleh ke asal suara dan seketika senyumannya mengembang sempurna. "Papa!" Gadis itu langsung melompat ke dalam pelukan papanya. Beruntung karena sang papa bisa menjaga keseimbangan. Jika tidak, mereka berdua pasti sudah jatuh.

"Ya ampun, jangan lari-lari sweety. Maaf ya, Papa baru bisa pulang. Mama kamu ke mana?" tanya sang papa sembari berjalan membawa Kirei dalam gendongannya menuju ke ruang tamu.

"Bentar lagi mungkin pulang, tadi sempat ngabarin masih ke toko roti buat beli brownies," jawab Kirei sekenanya.

"Hm gitu, Mama kamu itu masih suka brownies ternyata."

Kirei tertawa. "Ya, dan itu menurun padaku." Sang papa jadi ikut tertawa, ia membenarkan perkataan putrinya barusan. Kirei pun juga suka roti yang identik dengan cokelat itu.

"Setelah ini Papa nggak akan ada tugas ke luar kota lagi, 'kan?" tanya Kirei hati-hati.

Sang papa tampak berpikir sebentar, lantas menggeleng dan tersenyum tipis. "Sepertinya tidak, cabang perusahaan yang di sana sudah stabil kok. Semisal nanti ada problem lagi, Papa tinggal kirim sekretaris Papa ke sana."

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang