19.

921 112 1
                                    

"Duduklah." Ucap Rose mempersilahkan Tamara duduk di sofa yang memang ada di dalam ruangan nya.

Rose pun duduk di sebelah Tamara dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibirnya.

"Jadi, apa yang mau Kaka bicarakan?." Tanya Tamara.

"Aku mendengar soal kabar meninggalnya mama dan papa kamu beberapa tahun lalu." Ucap rose.

Lantas wajah Tamara berubah menjadi sendu ia mengangguk pelan dengan sesekali melirik ke bawah kemudian tersenyum simpul Menatap rose di depannya.

"Kamu pasti mengalami hari-hari yang sulit saat itu, aku benar-benar merasa sakit saat tau sahabatku meninggal dunia." Ucap Rose dengan tatapan sendu nya.

"Benar, aku mengalami banyak kesulitan saat kehilangan mama dan papa, aku bahkan mengurung diri selama sebulan penuh di kamar dan tanpa makan." Batin Tamara.

Rose yang melihat Tamara menjadi pendiam pun langsung menggenggam tangan Tamara yang membuat gadis itu menoleh menatap wajah rose.

"Kamu boleh ceritakan apapun yang menjadi beban kamu selama ini, aku tahu menjadi kamu bukanlah sesuatu yang mudah untuk diceritakan, di balik senyuman kamu ke semua orang, pasti ada di mana luka itu tersimpan rapih di hati kamu, bibir itu bisa berbohong tapi mata tidak, jadi, aku menunggumu untuk bercerita, Tamara."

"Tidak ada yang aku sembunyikan sekalipun itu luka yang paling abadi di dalam hidupku, banyak sekali ucapan yang ingin aku sampaikan, tapi aku sadar, itu tidak akan membuatku merasa lebih baik, di satu posisi aku hanya ingin melihat mereka ada di sampingku, dan di satu posisi lagi, aku sadar duniaku memang sudah hancur tanpa mereka."

Rose terus mengelus telapak tangan Tamara guna menenangkan gadis itu, walaupun Tamara tidak menatapnya tapi rose tau gadis itu sedang menahan rasa sesak di dadanya.

"Aku tidak tahu, harus menggambarkan seperti apa rasa sakit itu selama ini, tapi aku bisa memastikan, kalo aku memang baik-baik saja saat ini, bahkan, jika memang ada keajaiban aku ingin sekali bisa melihat wajah mereka yang tersenyum manis di hadapanku, walaupun aku tau itu sangat mustahil untuk terjadi."

Tamara menghela nafas beratnya sebelum kembali berbicara.

"Kaka benar, aku mengalami hal yang berat selama itu, aku bahkan masih tidak percaya jika mama dan papa ku memang sudah tiada di dunia ini, tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar, tidak ada gunanya aku mengurung diri di saat sebelum jauh aku lahir di dunia ini, mama dan papa pasti menginginkan hal yang baik untukku di masa depan, yaitu menjadi dokter yang menangani dan merawat pasien dengan baik, sama halnya seperti mama dahulu."

"Aku tahu, ini cukup berat untukmu Tamara, tapi dari segi apapun mama kamu adalah sahabat baik aku, jadi jika kamu kesusahan apapun, bilang saja ke aku, dengan begitu aku akan senang membantu kamu."

Tamara tersenyum manis dengan menganggukkan kepalanya menatap wajah rose.

"Baiklah, terimakasih banyak kak, aku senang karena akhirnya aku masih bisa bertemu dengan sahabat mama."

"Aku juga senang, karena akhirnya aku bisa bertemu dengan anak dari mendiang sahabat baikku, ingat Tamara, kalo perlu apa-apa panggil saja aku, dan kamu juga bisa menginap di rumah ku jika kamu ingin, pintu rumah ku selalu terbuka untuk kamu, dan satu hal lagi, anggap aku sebagai kakak kamu sendiri walaupun usia kita berbeda jauh."

"Iyah, aku mengerti, terimakasih kak rose."

Rose memeluk tubuh Tamara dari samping dengan mengelus punggung tamara.

"Sama-sama cantik, aku tau ini berat, tapi aku cukup kagum sama kamu, ya kamu sangat hebat karena sudah banyak melewati masa-masa pahit itu sendiri, semangat lah, aku yakin mama dan papa kamu pasti bangga melihat anak nya sukses menjadi seorang dokter seperti apa yang mereka harapkan."

MAFIA • Haruto Watanabe [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang