Sedangkan di luar rumah Jennie tiba-tiba berhenti membuat bibi Han menatap bingung.
"Nyonya kenapa berhenti? Kita harus segera pergi dari sini."
"Tolong bawa Tamara pergi dari Busan, bawa dia ke Seoul di sana ada rumah atas nama Tamara yang sudah kami siapkan, bawa dia pergi dan jaga dia bi."
"Apa maksud nyonya? Kita harus pergi segera."
"Maafkan aku bi, aku harus bersama dengan Ji-won, dia suami ku aku harus terus bersamanya."
"Tapi nyonya, tuan menyuruh kita untuk pergi Dari sini."
"Maaf aku tidak bisa, berjanjilah untuk menjaga dan merawat Tamara, dan tolong berikan ini kepada Tamara jika ia sudah beranjak dewasa nanti."
Jennie memberikan sebuah kunci kepada bibi han lalu menatap wajah anak nya itu yang masih menangis kemudian memeluk anak nya itu erat.
"Mama hiks, mama tidak boleh masuk ke dalam."
"Maafkan Mama sayang, mama tidak bisa bersama kamu, tapi percayalah mama dan papa selalu bersama kamu di hati kamu."
"Tidak, aku mohon ma hiks, tata masih butuh mama."
Jennie terenyuh sekaligus merasakan rasa sakit di dadanya saat mendengar ucapan dari bibir mungil anak nya itu, ia pun mengelap air mata Tamara dengan berusaha semaksimal mungkin untuk tersenyum.
"Tata sayang, dengar mama ya nak, mama dan papa sayang banget sama kamu, Tamara ikut dulu Sama bibi han ya."
"Tapi aku mau ikut sama mama, aku tidak mau berdua doang sama bibi Han."
Jennie melepaskan kalung yang melingkar di lehernya lalu di pakaikan di leher Tamara yang terlihat begitu kebesaran, jennie menatap wajah Tamara dengan mengelus pipi tembem nya itu.
"Berjanjilah untuk menjaga kalung ini sampai kamu dewasa bahkan memiliki keluarga nanti, berjanji juga untuk menjadi gadis cantik yang berbaik hati di dunia yang kejam ini, ingat sayang, tidak ada sejarahnya di dunia ini kita tidak di kelilingi oleh orang-orang jahat, mereka ada dimana-mana dan itu adalah peluang kita untuk menjaga diri, jadi mama pesan untuk kamu, terus jaga diri kamu dan dengar apa yang di ucapkan sama bibi Han, janji?."
Dengan polosnya Tamara menganggukkan kepalanya lalu melingkari jari kelingking kecilnya itu dengan jari kelingking Jennie.
"Tata janji ma, sampai kapanpun tata akan menjaga kalung ini dan mendengarkan ucapan bibi Han, tapi mama juga harus janji, mama dan papa tidak boleh pergi jauh dari tata."
Jennie tersenyum simpul, ia tidak tahu mengatakan apa karena bagaimanapun ini semua bersangkutan dengan nyawa, Jennie menganggukkan kepalanya lalu mencium kening Tamara.
"Bibi Han, tolong bawa Tamara pergi dan tolong jaga amanat saya tadi."
"Baik nyonya, maafkan saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong nyonya dan tuan."
"Menjaga Tamara saja sudah menjadi hal yang luar biasa yang bibi lakukan untuk kami berdua, terimakasih bi, dan aku mohon jaga putri kecil kami."
Bibi Han dengan mata yang berkaca-kaca pun menganggukkan kepalanya dengan perasaan beratnya, bagaimanapun Jennie dan Ji-won sudah memperkejakan nya selama dua puluh tahun dan diperlukan layaknya sebuah keluarga, melihat pengorbanan dari kedua majikannya itu membuat bibi Han merasakan hatinya begitu sakit terlebih lagi ia harus melihat bagaimana hancurnya Tamara gadis kecil yang masih membutuhkan pelukan hangat dari orangtuanya.
"Ayok non." Ucap bibi han menggandeng tangan mungil Tamara.
"Mama hiks!." Tamara menangis dengan tangan yang makin lama terlepas dari tangan Jennie dan itu membuat Jennie menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA • Haruto Watanabe [✓]
FanfictionKetika dunia damai harus dipertemukan dengan sekelompok mafia yang hendak menguasai dunia. "Pergi dan cari tujuh mafia di Amerika, hanya bantuan mereka yang bisa membantu kita untuk mengalahkan L.V. segera." Kisah seorang ketua mafia Seoul, Kim har...