36.

727 79 1
                                    

Bibi Han berada di dalam gudang, dia mengambil sebuah kotak kardus yang ia simpan di salah satu tumpukan kardus yang ada di sana.

Ia membuka kardus itu dan terdapat foto-foto lama orang tua tamara dan juga satu buku diary yang bertuliskan 'untuk tamara', bibi Han menatap sendu barang-barang peninggalan majikannya itu.

"Maafkan bibi tuan! Nyonya! Maafkan bibi yang harus berbohong kepada non Tamara."

Ia mengambil buku diary berwarna biru muda itu, tatapan mata yang sendu karena teringat memory dimana keluarga kecil ini begitu bahagia saat melihat Tamara yang baru dua tahun sudah bisa berjalan dan belajar berbicara.

Flashback On

Bibi Han sedang membantu Jennie meletakkan lauk yang telah selesai Jennie masak untuk makan siang mereka.

"Sayang, ayok makan dulu." Teriak Jennie.

Ji-won menggendong Tamara ke meja makan dan meletakkannya di meja makan bayi di samping Jennie.

"Bibi ikut makan bersama kami aja." Ucap Jennie.

"Ah tidak usah nyonya, bibi bisa makan belakangan nanti."

"Tidak apa-apa bi, makan saja bersama kami." Ucap Ji-won.

"Tidak tuan, bibi makan nanti saja, masih banyak kerjaan yang harus bibi selesain dulu."

"Bi mam." Ucap Tamara kecil menyodorkan sendok kecil yang siapa saja melihatnya akan gemas.

Bibi Han tersenyum gemas,"Iyah non, bibi nanti makan, sekarang non duluan yang makan, supaya cepat besar."

Jennie dan Ji-won tersenyum lebar melihat anaknya yang mengangguk seakan-akan mengerti apa yang dibicarakan oleh bibi Han.

"Lucu banget si anak mama ini." Ucap Jennie mencium pipi tamara.

"Anak papa juga dong." Ucap Ji-won yang tak mau ketinggalan.

"Ya sudah, tuan! Nyonya! Bibi ke depan dulu ya mau nyapu halaman."

"Iyah bi, setelah itu jangan lupa untuk makan ya bi." Ucap Jennie.

"Baik nyonya, permisi."

•Malam Harinya Di Ruang Tamu•

"Hey, Tata ngapain sayang, sini jangan jauh-jauh main nya." Ucap Jennie.

"Mamamama..."

"Jangan lari-larian nanti kamu jatuh."

"Mamamamama...."

"Ketangkep kamu." Ucap Jennie memeluk anaknya itu dengan sesekali mencium pipi gembulnya, Tamara kecil yang ketawa membuat suasana rumah menjadi ramai.

"Sayang." Ucap Ji-won menuruni tangga sambil membawa sebuah buku berwarna biru.

"Kamu bawa buku buat apa?."

"Aku nulis sesuatu untuk Tamara kalo dia sudah besar nanti."

"Nulis apa?."

"Entahlah, aku tidak tau apa dia akan membenciku atau tidak suatu saat nanti, tapi akhir-akhir ini aku menulis semuanya di buku ini, tentang identitas ku yang seorang mafia, dan semua perjalanan kita sampai memiliki Tamara di dunia ini."

"Hey, jangan bicara seperti itu, aku yakin kok Tamara akan menerima kamu sebagai papa nya apa adanya, seperti aku, yang mencintai kamu apa adanya tidak perduli kamu seorang mafia ataupun bukan."

MAFIA • Haruto Watanabe [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang