Haruto melangkahkan kakinya menuju kamar adiknya, ia tahu ini sudah sangat larut untuk melihat apakah adiknya sudah tidur atau belum, dengan pelan-pelan ia membuka pintu kamar Liz yang untungnya tidak terkunci, haruto masuk ke dalam dimana keadaan gelap dan hanya lampu tidur yang menyalah.
Haruto menatap sang adik yang tertidur pulas membelakanginya, ia pun berpindah tempat ke samping Liz dengan menidurkan tubuhnya di kasur adiknya menghadap ke arah Liz.
"Poin pertama, dia sedang masuk list korban Mr. Gilbert, dan poin kedua, kelemahan adik kamu menjadi target mereka, dia ada di sekitar adik kamu, maka berhati-hatilah"
Mengingat ucapan Donghae di markas membuat sebuah tanda tanya besar muncul di kepala haruto.
"Sebenarnya, apa yang dia mau dari adikku? Kalo dia mengincar ku kenapa harus Liz yang menjadi target mereka."
Haruto terus menatap wajah sang adik yang begitu damai tertidur, tangan kekarnya mengelus rambut sang adik dengan penuh kasih sayang.
"Aku ingat Gimana reaksi kamu dulu saat tahu, kamu terlahir dari keluarga seorang mafia dan hidup di sekeliling mafia, tapi reaksi kaget mu jauh lebih baik dibanding reaksi kamu saat tahu kamu terlahir dengan jantung yang lemah, aku tidak pernah menyesal memiliki adik kandung seperti kamu, tapi aku lebih menyesal jika aku tidak bisa menjaga kamu Liz."
"Abang mohon, bertahanlah, Abang selalu bersama mu di sini."
Haruto mengusap pipi adiknya itu dengan kelembutan, entah kenapa ia tidak ingin adik kesayangannya itu terluka hanya karena musuh dari masa lalu papa dan sahabatnya itu, jika dirinya yang menjadi ancaman itu tidak masalah, tapi jika menyangkut keluarga terlebih lagi kepada adiknya sendiri, haruto tidak bisa membiarkan itu terjadi.
"Abang."
Suara serak itu membuat haruto menoleh kearah Liz yang matanya masih terpejam.
"Jangan pergi, aku butuh Abang."
Sungguh, ucapan adiknya itu membuat hati haruto sedikit sesak, ia takut, ia sangat takut jika ucapan dokter tahun lalu itu benar adanya, kemungkinan Liz bertahan hidup hanya 50%, karena bagaimanapun penyakit itu akan terus memburuk.
"Abang tidak akan kemana-mana, Abang disini bersama kamu, good night my princess." Bisik haruto mencium kening sang adik.
Hanbin yang tak sengaja melihat pintu kamar Liz terbuka itu pun mengintip dari balik pintu dan melihat kedua anaknya di sana, ia mendengar ucapan yang haruto katakan, hanbin sudah menebak kalo ini pasti akan terjadi pada keluarganya.
"Bang, tidur bersama liz malam ini, aku ingin meluk Abang, aku takut aku tidak bisa melihat wajah kalian lagi besok." Ucap Liz dengan membuka matanya.
Anggap saja Liz tidak benar-benar tidur karena sebelum kedatangan haruto, Liz terus menangis saat jantung nya kembali kambuh, ia sengaja tidak meminum obatnya itu karena rasa muak harus bertemu dengan obat-obatan yang bahkan tidak menyembuhkan penyakitnya.
Saat haruto datang Liz segera menghapus air matanya dan berpura-pura tidur agar haruto mengira ia sudah tertidur pulas, Liz mendengar ucapan haruto, jika boleh jujur rasanya Liz benar-benar lelah menghadapi penyakitnya sendiri.
"Jangan berbicara yang tidak-tidak Liz, Abang sangat tidak menyukai ucapan kamu, ingat, kamu pasti akan sembuh."
"Maafkan aku, sepertinya aku banyak menyusahkan kalian terlebih lagi karena penyakit ku ini, Abang tau? Selama ini, Liz membuang semua obat dari dokter karena aku sudah lelah bahkan muak karena terus bergantung pada obat yang bahkan tidak membuatku kunjung membaik."
Ingin sekali haruto marah setelah mendengar ucapan jujur dari sang adik, tapi menatap mata Liz yang sepertinya memang menyiratkan kesedihan membuat haruto mengurungkan niatnya untuk marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA • Haruto Watanabe [✓]
FanfictionKetika dunia damai harus dipertemukan dengan sekelompok mafia yang hendak menguasai dunia. "Pergi dan cari tujuh mafia di Amerika, hanya bantuan mereka yang bisa membantu kita untuk mengalahkan L.V. segera." Kisah seorang ketua mafia Seoul, Kim har...