Keesokan paginya, Tamara sudah rapih untuk berangkat ke rumah sakit, ia turun untuk sarapan pagi bersama bibi Han, namun, saat ia melihat di meja makan tidak ada apapun di sana, ia mengernyitkan keningnya melihat itu.
"Tumben sekali tidak ada sarapan? Kemana bibi Han?."
Tak lama kemudian bibi Han datang dengan terburu-buru ke meja makan.
"Astaga non, maafkan bibi ya, bibi bangun ke siangan jadi tidak sempat membuatkan non sarapan pagi."
"Tumben bibi kesiangan bangunnya, abis ngapain semalam emangnya?." Tanya Tamara sambil meneguk segelas air putih.
"Bibi semalam abis nonton kesayangannya bibi di Netflix non."
"Kesayangannya bibi? Siapa?."
"Itu lho non, Lee min-ho, aish ganteng banget kan pacar bibi."
Hampir saja Tamara tersedak saat sedang minum, ia menggelengkan kepalanya dengan terkekeh pelan mendengar bibi Han sangat menyukai aktor Korea itu.
"Ternyata bibi suka drakor juga ya, aku pikir tidak suka."
"Ets, jangan salah non, bibi biarpun umur tidak muda tapi semangat bibi ini masih terbilang sangat muda."
"Iyah iyah deh, seterah bibi saja." Ucap Tamara tersenyum manis.
"Ya sudah non tunggu ya, bibi buatkan sarapan dulu."
"Tidak perlu bi, aku kayaknya sarapan di kantin rumah sakit aja, soalnya pagi ini aku ada operasi pasien."
"Bibi buatkan roti saja untuk non sarapan di sana, gimana?."
"Tidak perlu bi, tidak apa-apa lagi pula aku belum terlalu lapar kok, yasudah aku berangkat ke rumah sakit dulu ya."
"Tapi non, beneran tidak apa-apa? Bibi minta maaf ya, karena kesiangan jadi belum buatkan sarapan untuk bon berangkat kerja."
"Iyah, tidak apa-apa kok bi, ya sudah aku berangkat dulu ya, bibi jangan lupa sarapan nanti, aku berangkat ya Bi."
"Baiklah, hati-hati ya non di jalan."
"Oke bibi."
Saat Tamara berjalan membuka gerbang rumahnya, matanya terpaku pada sosok pria yang berdiri melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar di mobil mewah itu.
"Haruto, sedang apa dia di depan rumahku pagi-pagi seperti ini? Ah tau deh, aku sedang tidak ingin melihatnya." Batin Tamara.
Saat Tamara menutup pintu gerbang dan hendak berjalan meninggalkan haruto, pria itu lebih dulu menahan lengan tangannya membuat Tamara menoleh kearahnya dengan wajah datar.
"Kamu kenapa main pergi aja? Aku udah nunggu kamu dari subuh lho."
"Aku tidak minta kamu untuk menungguku, jadi untuk apa kamu pagi-pagi sudah di depan rumah aku?."
Haruto mengangkat satu alisnya keatas saat merasa aneh dengan sikap Tamara yang begitu ketus dan dingin kepadanya.
"Kamu marah sama aku Tamara?."
"Tidak, biasa saja."
"Yaa! Wajahmu sangat kelihatan kalo sedang marah seperti ini."
"Lalu kenapa kalo aku marah, huh? Tidak ada urusannya sama kamu juga kan? Sekarang aku tanya sama kamu, kemana saja semalam?."
"Aku."
"Lupa? Sibuk? Ah sudahlah, aku harus segera berangkat ke rumah sakit, bye." Ujar Tamara memotong ucapan haruto lalu bergegas jalan memberhentikan taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA • Haruto Watanabe [✓]
FanfictionKetika dunia damai harus dipertemukan dengan sekelompok mafia yang hendak menguasai dunia. "Pergi dan cari tujuh mafia di Amerika, hanya bantuan mereka yang bisa membantu kita untuk mengalahkan L.V. segera." Kisah seorang ketua mafia Seoul, Kim har...