59.

673 75 1
                                    

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Liz berjalan sendiri keluar dari gerbang sekolah untuk memberhentikan taksi, saat ia baru keluar dari gerbang matanya terpaku pada sebuah mobil hitam di pinggir jalan yang tidak jauh dari sekolahnya, tidak, matanya lebih tepat menatap seseorang di dalam mobil yang juga sedang menatapnya tajam.

"Kak Yoshi." Ujarnya pelan, melihat Yoshi mengingat ucapan Yoshi semalam padanya.

"Aku akan memberimu waktu seharian untuk berpikir, itupun kalo kamu masih ingin hidup di dunia ini"

Liz menjadi terdiam setelah mengingat ucapan Yoshi yang menurutnya sangat menakutkan, terlebih lagi sepertinya ia benar-benar di jaga ketat oleh Yoshi.

"Itu artinya malam ini adalah waktu terakhirku, haruskah aku menyerahkan diriku sendiri malam ini." Ujar nya dalam hati, tak ingin larut dalam pikirannya Liz memberhentikan taksi dan masuk ke dalam.

Yoshi yang melihat itu tidak tinggal diam di balik diamnya sebuah senyum devil terukir di sana.

"Tinggal menghitung jam dari sekarang Liz." Ujarnya dengan senyum smirk nya, lalu bergegas menjalankan mobilnya itu.

Sedangkan di rumah megah milik Mr. Gilbert, Jay baru saja turun dari tangga rumahnya.

"Jay, bagaimana rencana mu malam ini?." Tanya Mr. Gilbert yang duduk di sofa dengan menikmati secangkir kopi.

"Tinggal tunggu pisau ku menusuk jantungnya saja nanti malam."

"Bagus Jay, aku senang mendengarnya, ini yang aku tunggu sejak dulu, bukan bantahan yang selalu aku dapatkan dari mulutmu."

Jay tersenyum miring,"Lalu, bagaimana dengan rencana papa? Murid-murid bahkan semua guru di sekolah sepertinya sudah mulai heboh dengan suara bom yang mereka dengar."

"Haha soal itu? Tenang saja, bom itu sudah papa atur dan akan meledak sekitar pukul sembilan tepat nanti, apakah di sekolahmu masih ada orang Jay?."

"Sepertinya masih, yang aku dengar-dengar ada beberapa murid yang mengambil kelas malam untuk tambahan sebelum ujian kelulusan."

"Bagus, akan semakin seru jika ada korban yang berjatuhan, terlebih lagi jika ketua mafia itu bingung harus menyelamatkan yang mana dulu, sekolah atau malahan kantornya?."

"Apa? Kantor nya?."

"Iyah, papa sudah menyiapkan surprise untuk mereka nanti malam, bersiaplah Jay, setelah kamu berhasil membunuh gadis itu kamu harus bermain dengan mafia-mafia lemah itu."

"Itu hal yang sedang aku nantikan saat ini." Ujarnya tersenyum smirk.

"Tuan." Salah satu pria berbadan besar itu datang membungkuk dihadapan Mr. Gilbert.

"Bagaimana Axel?."

"Sudah siap tuan, bom yang kita pasang kemarin akan meledak tepat pada jam yang sudah kita tentukan."

"Bagaimana dengan kantor pria muda itu? Kau sudah mengeceknya?."

"Sudah tuan, yang kami dapatkan sepertinya ada beberapa karyawan yang akan lembur malam ini."

"Wow, sepertinya malam ini akan penuh dengan pertumpahan darah, bagus! Bagus! Aku sudah lama menantikan hal ini terjadi, buatlah malam ini menjadi terkesan, kerjakan dengan baik atau nyawa kalian taruhannya, mengerti."

"Siap laksanakan tuan."

"Sudah lama aku tidak menikmati pemandangan hidup seperti ini setelah 22tahun yang lalu, nantikan kematian mu, ketua mafia." Ujar Mr. Gilbert tersenyum smirk.

°°°°

•Malam hari (18:30 PM.)

Liz turun dengan memakai dress hitam selutut, rambut panjang yang tergerai tak lupa high heels yang tidak terlalu tinggi, memakai make up natural yang tidak mengurangi kecantikannya dan tas selempang tentunya.

MAFIA • Haruto Watanabe [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang