"Yaa! Lalu mau diapakan kotak ini?."
"Kirim tubuh gadis ini ke alamat rumah nya dan buat surat peringatan pada orang tuanya itu."
"Baiklah."
Setelah membunuh Albert, haruto yang masih belum puas baru saja memutilasi tubuh Albert dimana tangan kaki dan kepala terputus dari tubuh Albert lalu di masukkan ke dalam kotak besar.
Baju hitamnya terkena bercak darah Albert begitupun lantai berdebu itu kini sudah bagaikan sebuah kolam darah.
"Apa kau sudah puas sekarang?." Tanya Lee know.
"Andai dia tidak cepat mati, aku ingin melubangi seluruh tubuhnya!."
"Yaa! Sudahlah, lagi pula memutilasi tubuhnya sudah cukup untuk membalas dendam atas apa yang dia lakukan ke Liz." Ucap Jisung.
"Benar, setidaknya gadis itu tidak akan pernah bisa mengganggu Liz lagi untuk selama-lamanya." Ucap Junghwan.
Haruto dengan wajah datarnya menatap juyeon di samping junghwan.
"Yaa! Juyeon, katakan dengan jujur, selama ini kamu bersekongkol dengan Liz untuk menyembunyikan ini semua kan?."
Juyeon yang sudah ketahuan itu tidak bisa mengelak apalagi mencari alasan lain, karena bagaimanapun Liz pasti lebih dulu memberitahu haruto soal ini.
"Iyah, aku memang membantunya untuk menyembunyikan ini semua."
Mendengar itu dengan cepat haruto menarik kerah baju juyeon, ketiga temannya terkejut melihatnya terlebih lagi emosi haruto belum di katakan stabil saat ini.
"Yaa! Haruto cukup." Ucap junghwan mencoba menengahi mereka.
"Kenapa? Aku menyuruhmu untuk selalu menjemput adikku, bukan berarti kamu membiarkan dia belajar berbohong Juyeon!."
"Kau pikir aku suka melihatnya berbohong, huh! Jangan salah faham dulu haruto!."
"Lalu, kenapa kamu membiarkannya berbohong soal ini? Andai aku tidak cepat mengambil tindakan, mungkin Sampai aku kehilangan adikku kamu baru memberitahukan soal ini kepadaku."
Juyeon terdiam menundukkan kepalanya, cengkraman tangan haruto begitu kuat yang menimbulkan urat-urat syaraf nya menonjol keluar.
"Aku bisa jelaskan, tapi sebelum itu lepaskan tanganmu dari bajuku."
Haruto melepaskan tangannya dari baju juyeon, membuat juyeon menghela nafas beratnya.
"Saat kamu memintaku untuk menjemput Liz waktu itu, aku datang ke sekolahnya dan berniat pergi ke kantin sambil menunggu jam pulang sekolahnya, aku tidak sengaja melihat banyak murid berkumpul bahkan mendengar suara teriakan seseorang dari dalam kantin."
"Aku yang penasaran mencoba untuk melihat hal itu, dan aku terkejut saat melihat liz yang di bully di sana, jujur kalo aku tidak memikirkan perasaan Liz saat itu mungkin aku sudah membunuh gadis itu di kantin, dan tepat saat itu juga Liz pingsan dan aku segera membawanya ke rumah sakit."
"Saat di rumah sakit Liz sadar, dan dia memintaku untuk merahasiakan hal ini dari kamu, dia bilang kalo dia tidak mau kamu membunuh apalagi melukai teman-teman sekolahnya, dia tertekan bahkan terbebani dengan penyakitnya yang membuat dirinya harus dijauhi banyak teman di sekolah, aku yang tidak tega mau tidak mau menyetujui hal itu semata-mata kasihan dengan Liz."
"Jadi, saat kalian ke markas waktu itu luka memar yang sempat kami tanyakan ke Liz, itu luka akibat perbuatan gadis itu?." Tanya Lee know.
Juyeon mengangguk,"Iyah, aku sudah terlanjur berjanji dengan Liz membantunya untuk menyembunyikan hal ini dari haruto dan kalian, maafkan aku haruto, kalo kamu ingin marah pukul saja aku sampai kamu puas, asal jangan hukum dan marahi Liz, aku rela terluka asal Liz baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA • Haruto Watanabe [✓]
FanfictionKetika dunia damai harus dipertemukan dengan sekelompok mafia yang hendak menguasai dunia. "Pergi dan cari tujuh mafia di Amerika, hanya bantuan mereka yang bisa membantu kita untuk mengalahkan L.V. segera." Kisah seorang ketua mafia Seoul, Kim har...