ᮘᮘ᮪ |᮱| : Kelahiran Keturunan Agung

107 8 3
                                    

21 Tahun yang lalu....

Malam jum'at kliwon yang tenang, seorang ibu tengah berjuang diantara hidup dan mati. Barulah setelah perjuangan itu suara tangis bayi lahir memekakan telinga. Sang ayah langsung menatap istrinya dengan senyum sumringah.

Tapi tanpa sadar bahaya sedang mengancam mereka. Hingga beberapa saat kemudian suara teriakan terdengar dari luar kamar itu. Dan seorang pelayanan masuk dengan kondisi berdarah-darah hingga meninggal.

Suara teriakan ketakutan para suster pecah di kamar itu. Sang ayah dari anak yang baru lahir itu berteriak dengan lantang.

"Lindungin Kanjeng Ratu!"

"Baik Raden!" itu adalah gelarnya, ya lebih tepatnya dia adalah Raden Sankara. Suami dari Nyimas Gayatri Sri Arumni yang merupakan keturunan dari Prabu Narawangsa.

Pelayan dan dokter yang ada di ruangan itu langsung mengelilingi wanita yang baru saja melahirkan tadi. Mereka menyeret kursi Roda yang ada tak jauh dari tempat tidur dan membawa wanita itu pergi darisana.

Ditengah-tengah keadaan rumah yang porak-poranda, sepasang suami istri itu berhasil masuk ke mobil. Barulah suara auman Harimau yang terdengar keras membuat mereka terkejut bukan main. Mata Sankara dan Gayatri langsung menajam kala mendengar hal itu. Kobaran api amarah jelas terlihat di mata keduanya.

"Raden, saya dan yang lainnya akan menghalangi mereka. Saya berharap Raden dan Kanjeng Ratu pergi terlebih dahulu. Percaya pada kami!" ucap salah satu ajudan yang langsung diangguki oleh beberapa pembantu di ruangan itu.

Sankara nampak berpikir keras. "Baiklah, saya mempercayakan hal ini pada kalian! Tapi, saya minta satu hal."

"Mangga Raden."

"Apapun yang terjadi, bawa yang lainnya mundur jika mobil ini sudah jauh. Ini titah!"

Mereka sebenarnya ragu, tapi mendengar kata 'titah' terucap mata mereka langsung menegas.

"Baik Raden!" setelahnya Sankara akhirnya berjalan masuk ke mobil dan melakukan mobil tanpa khawatir lagi.

Sementara beberapa orang itu langsung mendapati beberapa bangsa Manusia Harimau sudah mencapai teras rumah, dan mereka bertarung habis-habisan saat itu.

Sementara Gayatri nampak khawatir dengan sesekali melihat ke kaca spion. "Kang, yang lain nggak bakal kenapa-napa kan?" mendengar pertanyaan lirih istrinya-Gayatri. Lelaki itu hanya bisa bungkam, ia sendiri tidak bisa memastikannya.

"Mereka murid dari Ki Pangrango, Akang percaya sama mereka."

Gayatri langsung menatap bayi di pangkuannya lalu memeluknya erat. "Sayang, Bunda bakal lindungin kamu apapun yang terjadi."

"Ayah juga bakal lindungin kamu!"

Sankara memegang tangan istrinya lembut, hingga beberapa saat mereka saling melempar senyum. Tapi rasa khawatir secara perlahan mengrogotinya. Pikirannya tentang kejadian tadi membuatnya paranoid sendiri.

Kejadian seperti ini belum pernah terjadi, biasanya bangsa Manusia Harimau tidak akan menyergap kediaman tiba-tiba. Karena selama ini tidak ada yang tahu bahwa keturunan Kerajaan Sendang Rani masih hidup dan Gayatri adalah salah satunya. Ia juga tidak lupa tentang perjanjian damai kedua belah pihak.

Kenapa tiba-tiba jadi begini?

Sudah hampir 14 abad berlalu dikiranya mereka sudah menyerah terhadap Kerajaan Sendang Rani. Ternyata tidak.

Sankara mengernyitkan dahinya, firasatnya tidak baik sekarang. "sekarang hari apa?" tanyanya tiba-tiba.

"Kalo nggak salah, hari ini Jum'at kliwon," ucap Gayatri tiba-tiba. Sankara langsung mengingat sesuatu.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang