Berita mulai menyebar. Kabar kedekatan Arya dan Naditya seakan menjadi hot gosip di sekolah itu. Bahkan kejadian tadi pagi, saat Naditya menerima makanan dari Arya pun tak luput dari topik pembicaraan mereka.
Hal inilah yang membuat Naditya risih karena mendapatkan tatapan bertanya-tanya dari beberapa orang. Saat dia pergi ke kantin semua orang terang-terangan menatapnya penuh dengan selidik. Naditya bukan orang yang suka menjadi pusat perhatian akhirnya pergi ke ruang BK sendiri.
Ia sedikit bersyukur saat Arya memberinya Croissant tadi. Yah, setidaknya cukup untuk mengganjal perutnya. Hah ... Sungguh merepotkan.
"Ada yah, yang makan siang di ruang BK?" goda Bu Nias.
Naditya mengangguk. "Ada nih, Bu! Kebetulan orangnya ada di depan ibu!" jawab Naditya dengan nada terkesan kesal. Hal itu malah membuat Bu Nias terkekeh geli.
Kemudian matanya menatap bekal makanan milik Naditya yang ia duga adalah pemberian dari lelaki itu. Bu Nias juga diam-diam memeriksa makanan itu. Tak ada yang salah, hanya makanan biasa. Tidak ada ajian juga yang ada di makanan itu. Terakhir, tidak ada makhluk yang membarenginya.
Intinya makanan itu aman.
"Menurut kamu, Arya gimana?" tanya Bu Nias main-main. Ia hanya mencoba menebak isi hati gadis itu. Akan aman jika gadis itu tidak menyukai Arya. Bagaimana pun Bu Nias sedang mode waspada terhadap Arya.
Naditya menelan potongan Croissant yang ada di mulutnya, kemudian berkata, "Aneh!" satu kata yang tercetus dari mulut Naditya yang mampu membuat Nias menghela napas lega.
"Aneh? Kenapa?"
Mata Naditya menyipit curiga menatap Bu Nias. "Ibu penasaran banget, kayaknya."
Bu Nias berdecak. "Ya kan, kali aja kamu suka biar ibu telisik dulu bibit, bebet, bobot nya, gitu."
Naditya merinding. "Iyyy ..." serunya, "baru tiga hari ketemu, Bu. Masa langsung suka," lanjut Naditya seraya menyantap potongan Croissant yang ada di tangannya.
"Ya, kali aja. Cinta pandangan pertama!"
Naditya langsung menatap Bu Nias enggan. "Ibu sama Ayah aja nggak nikah-nikah, padahal udah saling suka dari lama!" sindir Naditya.
Skakmat!
Bu Nias membisu.
Melihat kemenangan telak Naditya, membuat gadis itu tersenyum penuh kemenangan. Bahkan bahunya otomatis terangkat tinggi.
"Satu, kosong!" serunya yang kembali menikmati croissant itu.
Mendengar hal itu Bu Nias hanya tertawa kosong. Anak ini benar-benar.
Kabar tentang Arya dan Naditya ternyata tak hanya tersebar di SMK Widyanata. Tapi, juga sampai ketelinga gadis yang ada jauh di luar Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru & Harimau Putih
FantasySemenjak peperangan itu pecah, Keturunan kerajaan Sendang Rani menjadi target orang-orang kerajaan Jayakarsa. Mereka mengincar Keturunan dari Raja Narawangsa yang lahir di hari jum'at kliwon karena di percaya dapat membuka Lawang Agung hingga mereka...