"Si Arya bener-bener yah." keluh Kanaya seraya mengusap pergelangan tangan Naditya dengan hati-hati.
Ia nampak khawatir saat melihat tangan Naditya yang memerah tadi. Kini mereka dalam perjalanan pulang menuju rumah. Kanaya yang awalnya di bonceng Dhika, kini memaksa ikut ke mobil Bu Nias.
"Sakit nggak?" tanya Kanaya.
Naditya malah terkekeh dengan pertanyaan Kanaya tadi. Kenapa mereka begitu heboh terhadap pergelangan tangan Naditya? Padahal pergelangan tangan Naditya juga tidak terlalu merah dan bengkak seperti yang kalian bayangkan.
"Nggak Nay!"
"Merah gini anjir."
"Tadi emang merah, sekarang udah nggak."
Kanaya akhirnya menyerah. Di depan Bu Nias hanya dapat menahan tawanya. Kanaya ini tampaknya saja seperti laki-laki tapi kalo tentang Naditya lebaynya minta ampun. Tapi, hal itu membuat Bu Nias tenang. Setidaknya Naditya memiliki orang seperti Kanaya yang selalu menjadi garda terdepan bagi Naditya, jika Naditya sedang jauh dari jangkauannya.
Bu Nias heran juga. Entah kenapa saat pertama kali bertemu dengan mereka bertiga, seakan tidak ada rasa khawatir. Aura mereka begitu lembut dan terasa sangat jujur, hal itu membuat Bu Nias nyaman dan percaya pada mereka bertiga. Tak hanya Bu Nias, bahkan Sankara yang notabennya sulit mempercayakan Naditya pada orang lain, juga nampak menerima mereka bertiga dengan lapang dada.
Naditya-Naditya, jika kamu sadar, kamu dilindungi oleh orang-orang yang menyayangimu. Beruntungnya dirimu.
"Eh, Dhika udah bilang belom?"
Kanaya mengangguk, "soal beli peralatan Camp?"
Naditya mengangguk mengiyakan dengan semangat.
"Besok kan ya?"
Lagi-lagi Naditya mengangguk.
"Semangat amat ngangguk nya Neng, kecengklak loh entar."
"Nay, gue tabok mau?"
Kanaya cengengesan, ia mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya. "Peace!"
"Ikut nggak?!" tegas Naditya.
"Gas, yakali nggak. Eh, Bu!" panggil Kanaya yang membuat Bu Nias berdeham kecil sebagai jawaban. "Ibu ikut, kan?" tanyanya.
Bu Nias menggeleng kecil, "Ibu ada rapat, buat agenda camp."
"Oalah..."
"Bu, bu!" Kanaya menjeda, "nanti jangan lupa kasi spoiler agendanya, yah?"
"Nanti juga tau!"
Kanaya berdecak kesal. Padahal lumayan jika ini dibahas di forum gosip.
Begitu sampai di rumah, mereka langsung masuk disambut oleh Sankara yang berbeda dari biasanya. Kini ia duduk di teras rumah sembari menyesap teh hangat. Biasanya waktu Naditya pulang Sankara sedang tidur, dirumah. Karena cuaca dingin tidak terlalu baik bagi Sankara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru & Harimau Putih
FantasiSemenjak peperangan itu pecah, Keturunan kerajaan Sendang Rani menjadi target orang-orang kerajaan Jayakarsa. Mereka mengincar Keturunan dari Raja Narawangsa yang lahir di hari jum'at kliwon karena di percaya dapat membuka Lawang Agung hingga mereka...