ᮘᮘ᮪ |᮳᮱| : Penolong kelompok 3

24 5 0
                                    

Kanaya yang sedang menyuapkan kripik kentang ke mulutnya dengan santai. Kemudian ia berbicara. "Eh, gue masi heran, kenapa bisa tiba-tiba ada perwakilan harapan? Menurut kalian sus nggak sih?" tanya Kanaya.

Hara menyerobot kripik kentang itu dari kemasan milik Kanaya. "Yah, yang jelas sekarang kita musti nugas lagi," katanya seraya menghela napas.

Selanjutnya tangan Hara diam-diam berusaha mengambil kembali kripik yang ada di genggaman Kanaya itu. Tapi, terlambat Kanaya menyadari hal itu langsung menggeplak tangan Hara.

"Beli sono sendiri!" gerutunya.

"Minta dikit elah!"

Naditya terkekeh geli melihat interaksi lucu kedua orang itu. Kemudian ia berkata pelan, "mungkin seseorang udah minta sesuatu ke guru-guru."

"HAH!" seru Kanaya yang mencoba membenarkan pendengarannya.

Naditya malah menggeleng sambil tersenyum. Ia kembali fokus dengan bukunya. Saat ini seperti biasa menjelang pulang sekolah pada hari rabu mereka biasanya menemani Dhika yang sedang latihan basket sembari duduk dan berbincang santai di tribun penonton.

"Orang ngga bilang apa-apa," Naditya jelas berkelit.

Padahal ia jelas tahu. Pagi ini saat ia hendak kembali ke kelas setelah dari ruang bk. Yah ia membantu Bu Nias membawa beberapa berkas. Kembali lagi ke topik. Naditya saat itu melihat siluet tubuh lelaki memasuki kantor guru. Tentu saja ia menjadi waspada. Takut-takut itu adalah pihak tidak bertanggung jawab yang akan melakukan hal buruk.

Naditya saat itu bergerak mengendap-endap ke arah kantor ruang guru. Ia diam-diam mengintip dan menemukan Arya disana dengan bu Dara. Ia juga sayup-sayup mendengar tentang lelaki itu yang menjelaskan sesuatu lalu meminta keringanan bagi anggota kelompok tiga. Saat itulah Naditya tahu, jika Arya lah yang telah membantu kelompok mereka tapi ia tak menyangka bu Dara juga mau mengabulkan permintaan Arya. Makanya Naditya yang awalnya putus asa langsung kembali mendapatkan semangatnya.

"Oh ya Na, buat ngerjain PPT jangan lupa ngabarin Ranum sama Galih," petuah Kanaya yang masih menyemili kripik kentang ditangannya. Hal itu tentu saja membuat Naditya tersadar dari lamunannya.

Naditya berusaha bersikap seakan tidak terjadi apapun. "Sip, beres, besokkan? Dirumah gue?"

"Yups, sayang ku!" panggilan genit itu membuat Hara begidik ngeri saat mendengarnya.

"Kanaya!" pekik salah seorang dilapangan saat itu.

Kanaya langsung memutar kepalanya melihat siapa yang telah memanggilnya tadi. Setelah menemukannya kemudian ia membalas. "Apa?"

"Join sini! Hilmannya mau pulang. Kurang satu member nih," ajak salah satu teman satu tim Dhika.

"Beres!" seru Kanaya semangat ia langsung mengeluarkan kemeja seragamnya dan melempar dasinya tepat ke muka Hara.

Belum sempat Hara misuh-misuh, Kanaya lebih dulu langsung pokus pada permainan basketnya dengan anggota basket lainnya.

Hara tentu saja menampakan ekspresi kesal. Tapi, apa daya. Ia hanya bisa pasrah. Ia mengantongi dasi Kanaya seperti biasanya. Kemudian tanpa meminta ijin terlebih dahulu ia memakan snack kentang yang merupakan milik Kanaya tadi.

"Tiati, nanti ditanyain lagi," Naditya yang melihat itu langsung saja memberikan Hara peringatan.

"Nanti gue beliin lagi."

Naditya hanya dapat tersenyum gemas. Tidak Hara, tidak Kanaya, mereka tuh gengsinya terlalu gede. Padahal saling suka. Ah, gemas sekali dengan kelakuan mereka.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang