Extra Chapter

21 5 0
                                    

Empat tahun yang lalu...

Naditya yang jatuh tak sadarkan diri dalam pelukan Arya, membuat hati mereka tercabik-cabik. Arya terdiam memegang erat gadis dalam pelukannya. Kanaya menangis tersedu-sedu, Hara memeluk Kanaya juga ikut menenangkannya meski dirinya sama hancurnya. Tahula tertekan, jika saja ilmu medisnya tinggi, seharusnya ia bisa menyelamatkan Naditya. Firas memalingkan muka, tak sanggup melihat kesedihan yang sedang berlangsung didepannya.

Dan Dhika...

Dia terduduk lemas bersimpuh di depan Arya. Tangannya yang gemetaran memegang tangan gadis itu.

Naditya... jika ini akhirnya harusnya Dhika melindungimu lebih keras lagi.

Naditya... Jika Dhika bisa lebih awal mendeteksi Arya, kamu pasti selamat.

Tidak!!!

Ini semua gara-gara lelaki itu.

Mata Dhika yang penuh amarah menatap nyalang kearah Arya.

"Brengsek! Ini semua gara-gara lo ya anjing!"

Dhika meraih kerah baju Arya. Sementara Arya hanya bisa pasrah. Benar apa yang Dhika tuduhkan, ini semua karenanya.

Orang-orang disekitar Dhika dan Arya langsung menenangkan Dhika.

"Dik, udah..."

"Apaan yang udah? Kalo aja dia ngga kehasut, kalo aja dia ngga egois, kalo aja dia ngga ketemu Nana! Apa semua ini bakal terjadi?

Deg...

Arya tak bisa menyangkal perkataan itu. Semua kejadian ini bermula darinya.

Firas yang kesal karena tuduhan itu lantas meraup kerah Dhika dan memberikannya sebuah pukulan yang berhasil membuat Dhika terpelanting jauh kebelakang.

Hingga semua orang terkesiap kaget kecuali Arya yang sudah nampak seperti mayat hidup.

Belum selesai sampai disana. Firas kembali meraup kerah itu dan memaksa Dhika untuk berdiri.

"Enak banget tuh mulut ngomong! Mikir dikit pake otak, bangsat! Arya udah ditipu abis-abisan sama pamannya sendiri, orang yang paling dia sayang! Arya udah kehilangan bokapnya dari kecil! Dan sekarang, lihat pake mata lo..." Firas menunjuk Arya dengan mata yang menatap Dhika penuh gelora api kemarahan.

"Dia.... Kehilangan orang yang dia cintai! Hukuman apalagi yang perlu dia tanggung?! Arya, putra mahkota kerajaan Jayakarsa, sekarang udah hidup layaknya mati. Puas lo?"

Dhika melihat itu, ia melihat tatapan kosong itu.

Perasaannya paham, sakit, sangat sakit seperti terhujam oleh berbagai benda tajam laku ditaruhnya garam diatas luka itu. Perih rasanya sampai tidak bisa dideskripsikan lagi.

"Kepergian kanjeng nyai, sejatinya pukulan buat kita semua, Dhika! Ngga ada yang mau akhir kayak gini."

"Ini hukuman bagi kita semua yang ngga bisa jaga kanjeng nyai! Tapi ini hukuman paling kejam bagi Arya, penyesalan itu bakal menghantui dia seumur hidup. Jadi, gue mohon! Jangan buat dia lebih menyesal lagi."

Arya, mereka harus bagaimana lagi?

Mendengar itu Dhika ambruk... Hening kembali menyapa, kesedihan seakan tiada akhirnya.

Hingga tiba-tiba Arya dengan tatapan kosongnya. Mengais Naditya dan berdiri. Disampingnya keris renjana tak sengaja terjatuh dari pendopo itu. Keris itu bersinar keemasan dan sangat menolak redup diantara temaramnya malam. Tapi keris itu jatuh ke dasar hingga cahayanya redup dengan sendirinya.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang