ᮘᮘ᮪ |᮶᮴| : Keris Pusaka Renjana

24 3 2
                                    

Arya kebingungan tentu saja bagaimana bisa gadis ini tahu tempatnya? Bukankah mereka hanya menyaksikan teater ilusi yang di tampilkan oleh ajian Amerta tadi?

Naditya bangkit dari duduknya. Ia menghilangkan dahulu perasaan sedihnya itu dan berusaha menegarkan diri. Tidak boleh ia tidak boleh lemah sekarang. Ingat apa yang di katakannya pada pak Badaruddin tadi. Jangan menelan ludah sendiri Naditya.

Tujuannya sekarang sebagai keturunan agung adalah menjaga gerbang agung dan mencari siapa orang yang mengincar kerajaan Sendang Rani. Dan menghakiminya dengan baik dan benar.

Naditya tidak akan membuat kekacauan di dunia ini. Jadi, dia harus menangkap pelaku utamanya dan menghukumnya dengan benar. Meskipun kebenciannya pada pelaku utama itu sudah membabibuta tapi Naditya tidak akan bertindak sesuai dengan egonya.

Maka dari itu Naditya tidak bisa terkukung terus oleh masa lalu. Ia harus berjalan maju kedepan menanti masa depan.

Setelah bangkit meski kakinya sedikit lemah tapi Naditya sudah bisa membiasakan diri. Ya, itupun di bantu oleh Arya yang entah sejak kapan memegang tangan Naditya dan menopangnya.

"Sekarang kemana?" tanya Arya

"Ke kamer nyokap gue!" intruksi Naditya.

Arya mengangguk kecil tapi kemudian sesuatu hal terjadi. Dan itu sukses membuat Naditya memekik tertahan. Arya tanpa aba- aba menarik Naditya dan menggendongnya.

Tahukah kalian apa yang di ucapkannya selanjutnya.

"Biar lebih cepet!"

Tanpa mendengar persetujuan Naditya, Arya langsung melangkahkan kakinya menuju kamar milik Gayatri.

Disanalah baru Arya menurunkannya. Ia melihat kesekitar seperti yang ia lihat tadi pagi tak ada perubahan sama sekali. Masi seperti sebelumnya. Lantas dimana benda itu berada.

Tapi lain lagi dengan Naditya seakan sudah tahu dimana benda itu di letakan Naditya langsung berjalan kecil menuju sebuah lemari besar. Dilihatnya lemari itu dengan seksama. Kemudian Arya juga menghampirinya.

"Disini?" tanya Arya bingung.

Ia ragu, pasalnya ia sendiri tidak merasakan energi Aura dari keris pusaka renjana itu. Padahal keris itu bukan keris yang asing lagi baginya. Banyak bangsawan kerajaannya yang menginginkan keris itu. Dan bisa di pastikan jika keris itu memiliki energi spiritual dan aura yang kuat. Tapi, Arya tidak merasakan hal itu disini.

Naditya mengangguk kecil.

"Tadi sebelum keluar gue ngeliat cahaya kecil warna biru di balik lemari ini." ia menjeda. "Dan cahaya itu mirip sama mata keris renjana di buku Ki Pangrango. Gue ngga mungkin lupa soalnya mata keris itu mirip warna mata lo!"

Arya terkesiap sendiri. Ia memalingkan muka entah kenapa. Jadi, Naditya mengingat warna matanya? Padahal dia tidak sesering itu menunjukkan jati dirinya. Tapi dia ingat.

Perasaan bahagia apa ini?

Menyadari kalimat terakhir dari ucapannya Naditya merutuki dirinya sendiri. Tapi kemudian dia berdeham kecil.

Ia berkata, "ayo mikirin, gimana caranya nyingkirin lemari ini!"

Naditya kembali berpikir keras.

Tapi kemudian lemari itu bergeser sendiri. Melihat ada energi spiritual warna biru yang memindahkannya lantas Naditya melihat kearah Arya yang dengan enteng memindahkan lemari itu.

Baiklah abaikan untuk saat ini.

Hingga lemari itu sepenuhnya bergeser. Dan menampakkan dinding putih dengan ukiran cantik. Naditya menatap ukiran itu, sepertinya ini Aksara sunda. Tapi bagaimana membacanya?

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang