ᮘᮘ᮪ |᮳᮳| : Murid Ki Pangrango

29 6 2
                                    

Mendengar peringatan itu Arya mengalah. Ia berhenti menyalurkan energi spiritualnya pada Naditya. Lalu ia melepaskan genggaman tangan gadis itu.

Naditya menghela napas lega setelah Arya melakukannya. Akan tetapi entah mengapa ia merasa tidak puas. Rasanya ada yang mengganjal diperasaannya.

"Perut lo nggak sakit lagi?" tanya Arya selanjutnya.

Naditya tercengang bukan main. Tunggu! Bagaimana dia tau?

"Udah meningan!"

"Ok, perlu yang manis-manis?" tanya Arya selanjutnya.

Tapi, belum sempat menjawab. Sebuah kantong plastik mendarat di depan Naditya. Naditya yang melihat itu langsung memutar kepalanya melihat siapa yang memberikannya kantong plastik itu. Kanaya tengah tersenyum bangga sambil berkata.

"Makan yang manis-manis buat naikin mood!" ucapnya. "Tapi kalo mau liatin gue aja, juga boleh!"

Dhika yang berjalan di belakang Kanaya hanya dapat menggelengkan kepalanya tak habis pikir seraya begidik ngeri. Setelahnya ia memasukan obat pereda nyeri yang dia dapatkan dengan Hara tadi.

"Jan lupa di minum!"

"Wokkey, makasih!"

Dhika hanya dapat tersenyum simpul sebelum duduk kembali di bangkunya.

"Kemana Hara?" tanya Naditya yang tidak menyadari kehadiran lelaki itu.

"Minggat dia!" jawab Kanaya santai seraya duduk di bangkunya kembali.

"Eh, kenapa?" tanya Naditya. Yah, meskipun bukan hal aneh bagi Hara untuk tidak mengikuti jam pelajaran dan kabur dari sekolah. Tapi, yang aneh teman-teman minggatnya masih terlihat di kelas. Tidak mungkinkan ia kabur sendiri?

"Apalagi? Nanti lo coba tanyain ke bu Nias!"

Barulah saat mendengar bu Nias di sebut sebagai alasan lelaki itu pergi Naditya hanya dapat menganggukkan kepalanya paham. "Mmm pantesan."

"Ya kan?"

Naditya kali ini malah berbincang hangat dengan Kanaya. Mereka nampak asik dengan dunianya sendiri. Sementara makhluk-makhluk yang tadi mendekati Naditya sudah tidak menampakkan diri. Hal itu yang membuat Arya menghela napas lega.

Tapi, matanya menyipit sinis. Sampai sekarang Dhika nampak baik-baik saja. Alih-alih dia yang pulang karena energinya bertabrakan dengan energi Arya, malah Hara yang pulang. Tapi ia bahkan terlihat sehat sentausa tanpa terlihat pucat sekalipun.

Pikirannya menangkap satu alasan. Benarkah jika Dhika bukan murid Ki pangrango?

 Benarkah jika Dhika bukan murid Ki pangrango?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arya masih berpikir keras. Jika, Dhika bukan murid ki Pangrango, kini hanya dua orang yang perlu dicurigai. Jika tidak Kanaya, itu pasti Hara. Tapi, sikap mereka sedikit meragukan untuk disebut sebagai murid unggul tapak tuan. Apalagi keduanya bukan murid yang menonjol dari segi mata pelajaran.  Jangan lupakan sikap tidak baik mereka yang suka mencari gara-gara dengan bu Nias dan guru BK lainnya.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang