ᮘᮘ᮪ |᮷| : Cincin Pengikat Jiwa

40 8 1
                                    

Setelah melakukan pemanasan Naditya nampak lemas, mukanya memucat seiring berjalannya waktu. Menyadari itu Kanaya langsung memegang pundak Naditya. Kali ini mereka sedang mendengar pengarahan dari Bu Karin yang sedang menjelaskan tentang permainan Bola Volly.

Mereka nampak sangat senang mempelajari permainan bola volly kali ini. Entah karena itu memang keahlian mereka atau karena guru pengganti ini. Sampai tak ada yang memperhatikan Kanaya dengan raut wajah khawatirnya seraya menatap Naditya.

Alih-alih meminta bantuan Kanaya untuk mengantarkannya ke UKS gadis itu malah tersenyum, seakan berkata gue ngga papa kok. Sayangnya itu berbeda dari apa yang Naditya rasakan sebenarnya.

Padahal meski Naditya tidak suka pelajaran olahraga tapi, untuk sekedar belajar olahraga Naditya bisa dikatakan cukup mampu. Ia juga memiliki tenaga fisik yang cukup baik dan sistem imun yang tinggi juga. Tapi kenapa tiba-tiba sekarang ia merasa jika tubuhnya sangat lemah seperti orang penyakitan. Kepalanya pusing dan sekarang ia mulai merasa diambang kesadaran.

"Nana, kalo nggak kuat gue izinin ke Bu Karin ya... Kita ke UKS." usul Dhika yang nampaknya juga mulai menyadari perubahan dalam diri Naditya.

"Iya Na, muka kamu pucet gitu," bujuk Kanaya juga.

Hara?

Jangan tanya dia dimana. Dia di barisan paling depan yang sedang memperhatikan Bu Karin yang cantik itu.

Tapi tak disangka ternyata dialog kedua orang itu terdengar oleh pendengar tajam Arya, Firas, dan Tahula. Sontak mata mereka melirik kearah Naditya.

"Dia beneran keturunan agung?" telepati Tahula yang meragukan gadis itu.

Mata Firas memicing tajam melirik Naditya, kemudian mengangguk kecil. "Benar!" telepatinya.

"Kenapa aura energi sukma nya melemah?" tanya Tahula.

Arya hanya diam, lalu menghembuskan napas kasar seraya matanya yang kembali memperhatikan kedepan. Mendapat respon seperti itu Tahula dan Firas hanya dapat berdeham lalu kembali fokus pada penjelasan Bu Karin.

"Bu!" pekik Dhika.

Semua orang menarik perhatian mereka pada lelaki itu dan hal itu membuat mata mereka tak luput dari Naditya yang wajahnya sudah pucat pasi. Bahkan matanya seakan dipaksa untuk sadar.

"Ya ada apa?"

"Bu, Naditya sakit, saya izin antar dia ke UKS!"

"Silahkan!"

Tanpa basa-basi Dhika langsung menggendong Naditya ala bridal style. Hal itu langsung menjadi buah bibir banyak orang. Seorang kapten basket membopong seorang anak kesayangan guru. Mungkin sebentar lagi ini akan menjadi perbincangan banyak orang.

Disisi lain Naditya benar-benar tak kuasa menahan kesadarannya yang akhirnya jatuh pingsan dalam gendongan Dhika. Dhika yang tak perduli dengan beberapa tatapan orang yang berada di koridor yang ia lewati dan hanya belari dengan sangat cepat menuju UKS.

Hingga dirinya melewati ruang TU yang dimana disana tengah ada bu Nias yang sedang berdiskusi dengan salah satu guru disana. Matanya langsung berkilat hijau keemasan kala indranya menangkap aura keturunan agung yang begitu kuat lewat begitu saja.

"Pak nanti kita lanjut lagi, ya!? Saya inget masi ada urusan di BK." katanya seraya berjalan keluar dari tempat itu dengan tergesa-gesa.

Ia melihat Dhika tengah lari tergopoh-gopoh dengan menggendong seseorang. Matanya langsung membelalak kaget. Tapi ia tak kalah terkejut saat ia melihat orang yang tengah di gendong Dhika itu adalah Naditya.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang