Hara berlari setelah bertemu dengan anggota kelompok lainnya, ia memberitahukan pada mereka jika Naditya tiba-tiba hilang. Mereka terkejut dan khawatir tentu saja. Ranum akhirnya mengajukan diri untuk memberitahu Guru dan pembina, sementara Dhika, Hara, dan Kanaya kembali pergi mencari Naditya.
Ranum yang nampak lari tergopoh-gopoh langsung menghampiri meja pembina. Bu Nias terkejut dengan ekspresi Ranum tentu saja. Apalagi dia datang sendirian. Firasatnya yang sedari tadi tidak enak makin terasa tidak enak saja.
"Ada apa Ranum?" tanya Bu Nias yang tanpa basa-basi langsung menghampiri gadis itu.
Beberapa pembina dan panitia juga nampak menghampiri gadis itu. Ranum menghela napas dalam-dalam sebelum berkata, "Bu, Pak, Naditya ilang!"
Bagai petir menyambar di siang bolong Nias langsung membatu di tempat. Ia mencoba mencerna apa yang di katakan oleh Ranum.
"Pak, tolong hubungin panitia keamanan buat nyari Naditya," pinta Nias pasrah.
"Baik Bu, segara!" kata Pak Wiranto yang langsung mengangkat walkie talkie nya.
Seseorang juga nampak berlari tergopoh-gopoh tak kalah paniknya dari Ranum Tadi. Dia adalah si murid baru Ericha.
"Bu, pak, Arya ilang!" ungkapnya.
"APA?!" Kembali tenda kepanitiaan geger, mereka langsung mengubungi lebih banyak panitia keamanan.
"Gimana bisa, mereka ilang?" tanya pak Mukhtar.
Ranum langsung menyaut, "Naditya tadi lagi nyari sampel buat penelitian sama Hara, kata Hara dia lagi nyari tanaman Camomile, tapi tiba-tiba aja ilang."
Setelahnya Ericha berkata, "kalo Arya tadi katanya mau wawancara beberapa pegawai, jadi misahin diri. Tapi, sampe sekarang di cariin nggak ketemu," jelasnya.
"Oke tenang semuanya! Bapak udah intruksiin panita keamanan. Mereka sama pihak sini bekerja sama buat nyari Arya sama Naditya. Buat sementara panggil semua murid ke depan tenda panitia. Para pembina masing-masing di intruksikan untuk mengabsen kehadiran murid-muridnya." intuksi pak Mukhtar.
Suasana makin menegang. Beberapa pembina mulai menyebar mengechek semua murid bimbingannya. Begitu juga dengan Nias. Tapi, pikirannya sedang kacau sekarang.
Lalu tiba-tiba ia merasakan sakit yang teramat di Kakinya. Satu hal yang ia pikirkan, Naditya terluka. Dari saat itu pikirannya menjadi sangat kalut bukan main. Hingga Ranum dan Ericha menawarkan diri untuk membantunya. Pak Wiranto juga menyarankan agar Nias beristirahat dulu di tenda panitia. Pikirannya terus melayang pada Naditya. Kemana dia? Dia cukup pintar untuk tidak keluar dari perbatasan area camping.
Beberapa saat berlalu. Mereka masih mencari Arya dan Naditya. Saat ini Nias tidak bisa diam saja. Lalu sesaat berikutnya ia merasakan rasa perih mengeryapi telapak tangannya. Sial, Naditya terluka lagi. Tapi, karena hal ini Nias tak bisa berdiri dan membantu mencari gadi itu. Bagaimana sekarang?
Ia juga menyadari jika ia tidak menemukan tiga anak yang sering bersama Naditya. Harusnya ia waspada pada mereka. Tapi, apa mungkin mereka melakukan trik ini?
Berhenti memikirkan itu sekarang. Mari berusaha mencari Naditya. Nias mulai menenangkan diri. Ia menutup matanya mencoba melepaskan jiwanya dan diam-diam mencari Naditya. Sebelum suara seseorang menginterupsinya.
"Ini tèh tenda SMK Widyanata?" tanyanya dengan logat Sunda yang khas.
Tapi, warna suara ini sungguh bukan warna suara yang asing. Nias dengan jalan yang terseok-seok lantas menghampiri pria itu yang sedang berbicara dengan pak Mukhtar. Matanya tak bisa berbohong. Ia nampak terkejut dengan kehadiran lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru & Harimau Putih
FantasySemenjak peperangan itu pecah, Keturunan kerajaan Sendang Rani menjadi target orang-orang kerajaan Jayakarsa. Mereka mengincar Keturunan dari Raja Narawangsa yang lahir di hari jum'at kliwon karena di percaya dapat membuka Lawang Agung hingga mereka...