Extra Chapter pt.2

22 2 0
                                    

Tak beda jauh dengan keadaan padepokan, kerajaan Jayakarsa juga tak kalah porak-porandanya. Prabu Bagaspati disana nampak sibuk. Setelah beberapa saat ia baru menemukan bahwa putranya dengan langkah yang berat membawa seorang gadis dalam pangkuannya.

Lantas ia langsung menghampiri Putranya tersebut. Ia terkejut bukan main saat melihat gadis yang ada di dalam pangkuannya itu adalah Naditya.

"Arya..." panggil Bagaspati pelan.

Arya terdiam, tatapannya sangat kosong.

Khawatir dengan penampilan anaknya lantas ia membawa Arya menuju kamarnya. Sampai di kamar pun ekspresi lelaki itu tak banyak berubah.

"Arya... Coba kamu tidurkan kanjeng nyai terlebih dahu..."

"Tidur..." satu kata tercetus lemah.

"Ayah..." lirihnya kemudian. "Karena aku...."

Ambruk sudah pertahanannya. Arya ambruk di lantai. Air mata berderai tak terkendali. Ia memeluk Naditya erat.

"Nad... Maaf, maafin aku Naditya... Maaf..." mohonnya dengan sangat putus asa.

Lolongan itu membuat perasaan Bagaspati terkikis. Anaknya nampak sangat menyesal. Tidak dia jatuh dalam jurang penyesalan terdalamnya.

Pelukan erat itu, ditambah tangisan, menjadi pasangan penampilan sempurna untuk menorehkan luka. Bahkan membuat Bagaspati ikut merasakan penderitanya.

Disisi lain ia juga merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Naditya sesuai janjinya pada Gayatri.

"Ayah..." sebuah genggaman erat menginterupsi Bagaspati. Ia melihat putranya dengan tampang memohon.

"Tolong, tolong selamatin Naditya!" pintanya.

Akhirnya Bagaspati menghela napas dalam.

"Sebenarnya ada cara untuk menghidupkan kembali kanjeng nyai."

Arya langsung menaruh harapan besar pada ayahnya.

"Cincin pengikat jiwa!"

Arya bertanya-tanya apa arti perkataan ayahnya. Apakah hanya dengan cincin pengikat jiwa?

Jadi Bagaspati langsung menjelaskan dengan berat hati. "Pada dasarnya cincin pengikat jiwa pernah mengikat jiwa kanjeng nyai bahkan menghisap sukmanya. Lalu tinggal mengalirkan energi spiritual yang memiliki ikatan batin dengan kanjeng nyai." Bagaspati menatap Arya khawatir.

Arya menyimpulkan bahwa akan ada pengorbanan darinya, karena tatapan ayahnya sendiri menggambarkan hal seperti itu.

"Setelahnya, umur dari orang yang mengorbankan energi spiritual itu akan di kurangi sebanyak setengah dari usianya." Bagaspati langsung memalingkan muka.

"Jadi ayah harap..."

"Aku bersedia!"

Bagaspati menatap anaknya terkejut. "Arya bukan setengah tahun, tapi setengah usianya, aku harap kamu paham..."

"Aku bersedia ayah!"

"Ayah yang menolak!" tegas Bagaspati. Terdengar amarah dalam ucapannya itu.

"Ayah, aku pernah kehilangan ibu, tapi aku hanya diam karena aku masih belum mampu melindunginya. Aku juga pernah kehilangan ayah sehingga arah hidupku kacau dan menyebabkan hal ini." ia melihat Naditya. "Aku mohon, aku tidak mau dikerubungi rasa bersalah karena merenggut seseorang yang berharga dikehidupan orang lain dan berharga bagi aku sendiri!"

"Apa sepadan?"

"Sepadan!" tegas Arya tanpa babibu.

Bagaspati mengepalkan tangannya.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang