ᮘᮘ᮪ |᮳᮷| : Dia Bukan Manusia

40 6 5
                                    

"Jangan berisik!" itu kata yang di ucapkan Arya.

Tapi, Naditya enggan untuk menurut. Ia menggigit tangan Arya yang membekapnya. Arya terkejut bukan main. Naditya tidak terpengaruh dengan ilmu hipnotisnya. Bagaimana bisa?

"Kalo lo ngeyel keluar sekarang, coba bayangin apa konsekuensinya!" Arya memberi peringatan.

Napas Naditya sudah naik turun. Ia emosi bercampur kesal. Satu lagi dia takut dengan lelaki ini. Apa-apaan tadi dia?

Tok... Tok... Tok...

Bilik mereka diketuk. Pintu tak terbuka yang membuat Kanaya di luar meyakini jika Naditya ada di dalam bilik itu.

"Na? Lo disini? Udah lama banget lo ke toilet perlu bantuan?" tanyanya.

Naditya belum menyatukan, napasnya masih memburu. Ia melihat Arya sekilas, kemudian ia memikirkan perkataan lelaki itu tadi. Alhasil ia mencoba menenangkan dirinya sebelum berkata. "Ngga papa Nay, bentar lagi gue keluar. Lo tungguin di parkiran aja dulu."

"Beneran?"

"Beneran! Udah sono, ah!"

"Ok! Btw, tas lo udah gue bawa."

"Sip, thanks Nay!"

"Sans aja!"

Setelahnya terdengar suara kaki yang semakin menjauh. Arya kembali mendapati Naditya yang tengah menatapnya ragu dan nampak ketakutan. Bagaimana tidak dia pasti shok saat melihat wujud asli seorang Arya?

"Lo takut?" tanya Arya tapi Naditya merasa itu seperti sebuah ancaman.

Naditya mengumpulkan keberanian kemudian, menatap Arya sengit. "Lo apa?" dan disaat itu tanpa sengaja Naditya nampak tangannya menyerap energi spiritual Arya.

"Menurut lo?"

"Siluman?"

Tak terima dirinya di panggil siluman Arya langsung menatap tajam kearah Naditya. "Bego! Gue manusia harimau!"

"Jangan ngaco, Arya! Lo bersekutu sama iblis apa?"

Arya menyeringai tak Terima hingga ia menampakkan taringnya. "Gue darah murni!"

Naditya terkesiap kala melihat taring itu, dan bola mata Arya yang kian membiru seperti langit.

Deg...

Arya terkejut bukan main, energi spiritual terserap. Ia merasakan energi terkuras habis. Matanya mulai kehilangan pokus.

Naditya sendiri mulai merasakan pegangan lelaki itu mulai mengendur. Awalnya hal ini akan digunakan Naditya untuk kabur. Tapi, beberapa saat kemudian belum sempat gadis itu kabur Arya ambruk tak sadarkan diri. Hingga membuat Naditya terduduk di kloset. Karena ia tak sanggup menahan beban berat tubuh Arya.

"Arya heh! Jangan becanda!" Naditya mulai mencoba membangunkan lelaki itu.

Apa-apaan ini? tanya Naditya dalam hatinya.

Kalau ia keluar dengan Arya saat ini banyak orang yang akan berpikir macam-macam dengannya. Kalau dia ditinggalkan, tidak nyawanya terancam. Arya pasti tidak segan-segan membunuhnya. Sekarang harus bagaimana? Kanaya dan yang lain sudah menunggunya. Jika ia menunda lebih lama lagi itu hanya akan membuat mereka khawatir.

Disaat-saat berpikir itu tiba-tiba Naditya melihat ada cahaya di tubuh Arya yang berlangsung lama. Hingga tiba-tiba beban berat lelaki itu berkurang. Naditya mencoba melihat apa yang terjadi. Tapi cahaya itu terlalu silau. Hingga akhirnya ia pasrah sampai cahaya itu meredup.

Tebak apa yang terjadi. Arya hilang!

Naditya masih mencerna fakta tadi sekarang ditambah fakta jika lelaki itu menghilang. Apa yang sebenarnya sedang terjadi fikir Naditya?

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang