Extra Chapter (end)

41 2 1
                                    

Arya kali ini menemani Naditya bermain di Namsan Tower. Yah ini hadiah libur semester untuk Naditya dari Arya.

Sedikit informasi, Naditya dan Arya berhasil masuk di salah satu universitas bergengsi di Korea selatan yaitu Seoul National University. Sudah hampir setahun sejak mereka masuk di universitas ini akhirnya libur semester satu yang ditunggu-tunggu oleh mereka datang.

Naditya menjadwalkan bahwa mereka harus berkeliling liburan di Korea Selatan seperti, pergi ke Lotte World dengan memakai seragam sekolah, lalu pergi ke Namsangol Hanok Village menikmati area yang sangat tradisional itu. Terakhir mereka berkunjung ke Namsan tower di malam hari.

Hari yang padat dan sibuk di penuhi dengan kegembiraan mengalir begitu saja. Rasanya satu haripun tak cukup bagi mereka. Setelah memasang gembok, mereka berkeliling menikmati city light yang memanjakan mata.

Semilir angin menerpa kulit mereka. Dua orang itu berdiri didekat sebuah pagar pembatas. Tidak memotret, hanya membiarkan diri mereka hanyut dalam suasana malam itu.

Arya terus memperhatikan gerak-gerik Naditya, tanpa ada sedikitpun yang terlewat. Matanya tak pernah luput dari gadis itu. Seakan jika dia lengah sebentar saja, bisa saja ia kehilangannya lagi.

Naditya menangkap basah Arya yang sedang memandangnya.

"Kenapa liatin terus?"

"Cuma kagum aja,"

Naditya terkekeh kecil.

"Abis ini kita mau kemana?" tanya Arya.

"Pulang dulu, besok lanjut healing lagi."

Arya menganggukan kepala paham. Setelah itu tak ada percakapan lagi. Hening menyapa mereka.

Sampai tiba-tiba Naditya memegang tangan Arya.

"Kucing nakal!"

Arya tertegun diam. Setelah lupa ingatan, Arya tak pernah mendengar lagi panggilan ini.

Melihat Arya yang terkejut Naditya sepenuhnya mengerti.

Iya... Naditya sudah mengingat semuanya tanpa terkecuali. Sebenar sudah beberapa hari yang lalu. Butuh waktu baginya untuk mencerna semua itu, beberapa kali ia diam-diam menangis, tapi ia meyakinkan dirinya dengan adanya keluarga Kinanti.

Ia sempat kesal pada dirinya sendiri. Tapi ia tak mau membuat orang lain khawatir. Alhasil, perlahan ia menyembuhkan luka dari ingatannya dalam diam.

Naditya juga menyembunyikannya dulu dari Arya. Takut-takut jika itu akan menganggu hasil ujian Arya.

Tubuh Arya menegang. "Lo udah inget?" tanyanya ragu ekspresinya berubah dengan cepat menjadi penuh kekhawatiran.

Tapi Naditya langsung meraih kepala itu dan mendekatkan keningnya dengan kening Naditya sendiri.

"Mmm... Tapi, ini semua bukan salah lo kok! Jadi, jangan khawatir oke?!" Arya masih terdiam tapi ia merasakan kenyamanan dalam setiap perkataan Naditya.

"Ini semua takdir. Gue emang kehilangan ibu, bu Nias, sama ayah. Tapi lo udah ngasih gue keluarga yang baik banget sama gue. Gue tau lo menyesal, tapi jangan sampe nyalahin diri sendiri, oke?"

"Nad..." lirih Arya.

"Terimakasih Arya!" ucap gadis itu.

Pertahanan Arya kembali runtuh. Ia memeluk gadis itu dengan erat. Naditya hanya bisa membalas pelukannya.

"Udah lama ya ngga ketemu yang lain. Mereka gimana sekarang? Gue juga belum ngelayat ke makam ayah sama bu Nias." Naditya terus mengatakan sesuatu agar tidak canggung.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang