ᮘᮘ᮪ |᮳| : Rencana Camping

54 6 1
                                    

Naditya masih beradu tatap dengan Arya, karena Arya sendiri tidak melepaskan tatapan darinya. Tapi lama-kelamaan Naditya merasa tatapan itu malah terasa menelanjanginya. Ia juga mulai mendengar anak kelas mulai berbisik-bisik tentang hal itu.

Akhirnya ia memutuskan untuk melangkah mendekat kearah Arya. Meski sebelumnya Kanaya nampak menatap Naditya tak setuju. Namun setelah diberi anggukan oleh Jadinya akhirnya Kanaya juga menyetujuinya.

"Udah, Bu Dara sendiri nggak ngatur mereka harus duduk dimana, kan?"

"Na?" keluh Kanaya.

Naditya berbisik pada Kanaya. "Please, lo taukan gue nggak suka jadi pusat perhatian. Yang lain pada lagi nge gosip tuh disana."

Dengan bujukan itu akhirnya Kanaya meluruh dan berjalan ke bangkunya dengan Naditya. Ia membawa tasnya dan meletakkannya disamping tempat duduk Hara. Yah, Hara juga tidak bisa komplain kalau Naditya sudah berkata.

Arya juga akhirnya duduk disamping Naditya tanpa berkata apapun lagi. Wah dia benar-benar gila. Pikir Naditya saat itu.

Suasana kelas?

Yah, tidak seserius tadi tapi tidak kembali tenang juga. Beberapa siswa mulai mendekati Firas dan Tahula. Ini efek dari penasaran sepertinya. Tapi karena kejadian tadi sepertinya tidak ada yang berani mendekati Arya.

Ditengah keadaan kelas yang ramai itu. Arya dengan santainya menenggelamkan kepalanya di antara tangannya yang ada di meja. Sepertinya dia tertidur.

Naditya menghela napas agak berat. Ni anak kenapa nyebelin banget ya? Udah minta duduk bareng, tapi nggak ada niatan nyapa gitu. Ya Allah cobaan seperti apa lagi ini. Naditya menggelengkan kepalanya kemudian memutar kursinya menghadap kebelakang. Karena tepat dibelakangnya Kanaya duduk bersama Hara.

"Na!" panggil Kanaya yang segera menggapai tangan Naditya.

"Soal bu Nias?"

Kanaya mendengus kesal seraya mengangguk. "Bagus deh lo peka."

"Emangnya kalian ngapain bu Nias?"

"Na, lo tuh ya."

"Bu Nias juga nggak bakal nge hukum orang sembarangan."

"Nana, kita cuma nggak sengaja bikin dia jatuh."

Naditya menatap keduanya penuh selidik. "Yakin?"

Hara tersenyum pada Naditya lalu berkata. "Buku absennya juga jatoh keinjek," katanya dengan polos.

Naditya ternganga dibuatnya. "Wah... Nggak ada urusan gue."

"Nana, please!" mohon Keduanya seraya menempelkan dia telapak tangannya. Tapi Naditya malah menutup telinganya.

"Nope!"

Saat itu barulah Dhika melenggang masuk dengan santainya dan menyeret bangku seraya duduk diantara mereka.

"Udahlah, cuma di suruh bersihin lapangan upacara juga."

"Ni anak, sekalinya nongol bawa bencana mulu perasaan," ketus Kanaya yang malah diledek oleh Dhika kembali.

"Lha gitu doang?" tanya Naditya yang langsung menatap Dhika heran. Dhika hanya tersenyum simpul sambil menganggukan kepalanya.

"Dik!" panggil Hara.

Dhika langsung melihat Hara yang masih tersenyum dengan wajah yang annoying. "Ribut yuk!" lanjut Hara dengan ekspresi yang sama seraya tersenyum.

"Eh eh eh... Nggak baik ribut-ribut," ujar Dhika.

"Nay, pegangin!" kata Hara seraya menyerahkan tangannya pada Kanaya yang duduk di sampingnya. Hara sepertinya sudah habis kesabarannya.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang