ᮘᮘ᮪ |᮱᮰| : Kecurigaan terhadap Arya

40 5 5
                                    

Kepulangan Naditya ke rumah disambut gembira oleh tiga sahabatnya dan Bu Nias. Malam itu tepat setelah kata dokter, Naditya dapat pulang saat cairan infus nya sudah habis, karena dokter hanya memperkirakan jika Naditya jatuh pingsan karena kekurangan cairan tubuh.

Bu Nias yang melihat gadis itu tersenyum kala memasuki rumah dan dihujani banyak pertanyaan dari ketiga temannya langsung memeluk gadis itu.

"Kamu beneran udah sembuh?" tanya Bu Nias yang sebenarnya diam-diam mengecek energi sukma dan energi spiritual milik Naditya. Ia menghela napas lega saat ia merasakan energi dalam tubuhnya kembali seperti semula.

"Iya bu, ibu tenang aja," ucap Naditya mencoba menenangkan bu Nias.

Ini memang bukan pertama kalinya Naditya pingsan. Tapi beda ceritanya jika ia pingsan karena hampir kehilangan sukma nya. Gadis itu bisa saja hidup seperti mayat hidup.

"Eh, Nana musti istirahat nih, udah malem. Malah nongkrong di luar," seru Kanaya mencairkan suasana.

Mereka akhirnya membawa Naditya ke kamar dan membantunya berbaring. Padahal Naditya sendiri merasa jika ia sudah baikan. Tapi, melihat raut wajah khawatir Ayahnya dan Bu Nias, membuatnya mau tidak mau menuruti kemauan keduanya.

Selesai melakukan itu mereka keluar dari kamar itu kecuali Kanaya yang memang biasanya tidur bersama Naditya jika menginap.

Hara dan Dhika? Mereka seperti biasanya langsung menyerbu sopa ruang keluarga, katanya biar bisa liat TV.

"Heh, heh, lo tau nggak?" Kanaya sepertinya membawa gosip terbaru. Telinga Naditya siap-siap mencerna informasi.

"Apa?"

"Tadi hampir terjadi keributan di lapangan."

"Keributan apa?"

"Si Tahula sama si Arya hampir ribut gara-gara cincin lo."

Mata Naditya kali ini benar-benar membelalak kaget. "Ribut?"

"Hampir," ralat Kanaya.

"Oke oke ..."

"Gitu doang reaksi lo?"

"Terus, gue harus naik gunung kilimanjaro sambil teriak, 'horee, cincin gue di rebutin cowok.' gitu?"

Kanaya menganga tak percaya dengan tanggapan gadis di depannya ini. "Nggak gitu juga, sih."

"Nahkan!" imbuh Naditya seraya membenahi posisinya untuk tidur.

"Tapi, lo ngerasa Nggak sih? Kalo Arya sama temen-temennya itu 'agak aneh'," ujar Kanaya seraya menggerakkan dua jarinya di udara, untuk mengisyaratkan makna lain dari dua kata terakhirnya.

Naditya nampak acuh tak acuh. Ia hanya membisu karena dirinya juga tidak tahu jawaban pasti dari pernyataan? aneh Kanaya satu itu. Berkali-kali ia berusaha tidak berpikiran lebih terhadap mereka. Tapi, selalu saja ada kejadian yang melibatkannya dengan mereka. Seakan mereka pindah ke sini memang untuk Naditya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang