ᮘᮘ᮪ |᮵᮹| : Desa Sanghiang

20 4 2
                                    

"Nana!" panggil Kanaya yang membuat Naditya terenyuh.

Naditya berbalik sepenuhnya berhadapan dengan Kanaya.

"Ngapa malah bengong, udah dipanggil dari tadi."

Naditya tersenyum kaku. "Sorry-sorry, ikannya tiba-tiba ngehampirin soalnya."

Kanaya terkekeh kecil sebelum berbisik, "mereka lagi ngejilat Tuan Putri mereka," godanya.

Naditya reflek menepuk lengan gadis itu. Mengetahui jika itu hanya tepukan bercanda, Kanaya yang lengannya di tepuk hanya tertawa puas. Hingga Naditya mengacuhkannya dan pergi darisana menghampiri rombongan tadi. Yang Kanaya lakukan saat ini hanya berjalan mengekori Naditya.

"Asik banget Na, sampe dipanggil aja masih betah disana."

"Ikannya lucu tiba-tiba nyamperin," komentar Naditya spontan.

"Ya, ikan-ikan disini emang unik. Bahkan konon katanya ikan disini adalah jelmaan dari prajurit kerajaan Sendang Rani."

Penjelasan itu membuat mata Naditya spontan melihat kearah kuncen.

Jadi, yang Kanaya katakan tadi...

Naditya melirik Kanaya, sementara Kanaya hanya tersenyum penuh makna. Seakan senyum itu berkata, benerkan apa yang gue bilang.

"Karena itu disini juga ada kebiasaan atau adat. Dimana kami menguburkan ikan yang sudah mati layaknya manusia," lanjut salah satu tertua desa. "Selain itu, dilarang bagi siapapun membunuh, memancing, sampai memakan ikan disini, dipercaya itu akan mendatangkan ketidak beruntungan."

Mendengar penjelasan itu Naditya dan yang lainnya sepontan mengangguk-angguk kepalanya paham, hingga mereka kembali pergi dari area sana. Diam-diam Naditya melirik kebelakang melihat ke area ikan yang tengah bergerumul. Ikan itu membentuk formasi yang aneh secara tiba-tiba seakan hormat pada Naditya. Hingga satu hal yang membuat Naditya terkejut.

Ikan tanpa daging, nampak hanya kepalanya yang utuh keluar dari dalam air tepat di barisan paling depan. Satu pertanyaan dari Naditya, apakah ikan itu sungguh-sungguh hidup?

Kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan sambil menutup mata. Berharap apa yang di lihatnya tidak nyata. Tapi sebuah suara menyapa telinganya.

"Salam kepada Kanjeng Nyai, sering-seringlah berkunjung kesini dilain waktu!"

Mata Naditya terbelalak sangking terkejutnya. Lalu ia melihat kedepannya. Ikan-ikan itu kembali seperti sedia kala seakan tak ada yang terjadi sebelumnya.

Tadi itu apakah hanya ilusi?

Arya yang menyadari Naditya tak kunjung bergabung dengan rombongan langsung melihat kebelakang. Ia menggeleng tak habis pikir bisa-bisanya dia ketinggalan. Lantas Arya langsung menghampiri Naditya. Lalu menarik tangannya tanpa peringatan.

Naditya yang merasa di tarik langsung memutar kepalanya, ia melihat punggung Arya yang berjalan di depannya.

"Bocah, tiati ilang."

Naditya hanya bisa menahan amarahnya karena lelaki itu menyebutnya bocah. Tapi, apakah Arya lupa jika dia masih menarik lengan Naditya?

 Tapi, apakah Arya lupa jika dia masih menarik lengan Naditya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang