Seperti yang di janjikan kemarin. Hari ini Naditya, ayahnya, dan ketiga temannya pergi ke pusat perbelanjaan. Hari ini tujuan mereka adalah untuk membeli perlengkapan untuk Camp.
Sebelum pergi ke area perlengkapan inti. Kanaya dan Naditya memilih untuk menyeret mereka ke golongan makanan ringan. Keduanya sudah melist makanan yang akan mereka beli, tentu saja tanpa sepengetahuan tiga lelaki yang pergi bersama mereka.
Ketiga lelaki itu hanya bisa menghela napas dan mengikuti kemana Naditya dan Kanaya akan pergi.
"Nay, lo kesana, gue kesana!" instruksi Naditya yang disambut anggukan dari Kanaya, sebelum keduanya berpisah ke arah yang berbeda.
Sementara Hara dan Sankara langsung mengejar Naditya. Dhika yang awalnya berniat mengejar Naditya urung. Ia memutuskan untuk menemani Kanaya. Bagaimanapun Kanaya pasti butuh bantuan untuk membawakan belanjaannya. Dan disini yang memegang kendali troli adalah dirinya dan Sankara.
Naditya nampak sibuk memilah dan memilih snack. Ia juga tak luput dari study banding. Yah, mari cari harga yang murah dengan kualitas yang baik, serta isi yang masuk akal. Satu hal yang tak kalah penting, adalah rasa yang enak.
Ia memasukan beberapa snack itu ke troli yang di dorong oleh Hara. Yah, tadi Hara menawarkan dirinya untuk mengambil troli itu dari Sankara.
Sesekali Sankara nampak mengomeli putrinya itu. Karena Naditya nampak acuh tak acuh memasukkan snack apapun yang ia mau. Tapi, melihat putrinya yang nampak bersemangat membuat Sankara akhirnya mengalah.
Naditya dengan senyum yang mengambang di wajahnya itu nampak sangat cantik. Berkali-kali lipat cantiknya. Tak lama kemudian gadis itu akhirnya bertemu dengan Dhika dan Kanaya.
"Mending cola, Nay!"
Kanaya menggeleng menolak, "Sprite aja ngga sih?"
"Cola, Nay!"
Dua orang itu nampak berbicang asik, keduanya memegang minuman soda. Nampaknya mereka sedang berdiskusi kecil untuk memilih antara membeli cola atau sprite. Tapi, itu malah membuatnya terasa sangat lucu. Seperti sepasang suami-istri yang tengah berdebat kecil.
Ah... Bicara soal itu. Naditya diam-diam melirik Hara. Ekspresi lelaki itu nampak tidak bisa di baca. Tapi, begitu melihat genggaman tangan itu mengerat, Naditya langsung paham. Sontak hal itu, membuat Naditya berusaha sekuat tenaga menahan tawanya.
Sankara yang secara tak sengaja menangkap ekspresi Naditya, Diam-diam mendekati anaknya itu dan berbisik, "kenapa senyum-senyum nggak jelas?"
"Yah, tau nggak ada yang lagi cemburu!" bisik Naditya.
Jangan tanya kapan Naditya tahu tentang Hara dan Kanaya.
Sankara menatap heran ke arah Naditya. Tatapannya seakan bertanya 'siapa?'. Naditya terkekeh, lalu berdeham kecil. Ia menghela napas sebentar untuk menenangkan dirinya. Mata itu dengan julidnya melirik ke arah Hara yang berdiri di samping Naditya.
Sankara tak perlu waktu lama akhirnya paham juga. Hal itu membuatnya terkekeh geli.
"Dik!" pekik Naditya.
Dhika yang mendapati Naditya memanggilnya berlari mendekat kearah gadis itu sambil tersenyum. Kanaya? Dia pasrah saja mendorong trolinya.
Begitu keduanya mendekat Naditya langsung mengalihkan pandangannya kearah troli yang di dorong Kanaya.
"Gimana Na? Cukup?" tanya Kanaya.
Netra Naditya nampak berlarian kesana-kemati mencoba memastikan apa saja yang dibawa Kanaya. Gadis itu tersenyum puas kala melihat banyak makanan kesukaannya disana. Sontak anggukan semangat Naditya membuat Kanaya dan Dhika tersenyum sumringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru & Harimau Putih
FantasySemenjak peperangan itu pecah, Keturunan kerajaan Sendang Rani menjadi target orang-orang kerajaan Jayakarsa. Mereka mengincar Keturunan dari Raja Narawangsa yang lahir di hari jum'at kliwon karena di percaya dapat membuka Lawang Agung hingga mereka...