Malam itu dia menemani Naditya. Gadis itu tak kunjung sadar. Meski telah di beritahu oleh Pak Badaruddin jika Naditya pingsan karena kelelahan adalah hal yang wajar tapi Arya khawatir.
Hingga seekor burung mengepak. Dia adalah Panji Radja Kagendara salah satu orang dari keluarga ras manusia Garuda. Terbangnya cepat dan tak terdeteksi. Salah satu orang kepercayaan Arya sekaligus jendral besar kerajaan Jayakarsa. Selama ini dia yang membawa pesan dari Kerajaan Jayakarsa.
Panji berubah menjadi manusia. Matanya sekilas menampak gadis cantik yang terbarung di belakang Arya. Sebelum Arya menghalangi pandangannya.
"Liat kemana lo?"
Panji menggeleng tak habis pikir. Padahal Arya dulu sangat acuh tak acuh pada gadis. Bahkan pada sepupunya sendiri yaitu Ericha. Kenapa sekarang dia menjadi sangat patuh pada keturunan agung ini? Tapi, tenang Panji tidak peduli.
"Raden, ada laporan dari Firas." katanya seraya menyerahkan kertas yang digulung apik.
Arya membuka gulungan itu. Nampak seperti laporan biasa. Firas memberi tahu jika tidak ada pergerakan yang aneh di Kerajaan. Bahkan Antasena nampak sangat patuh dan tidak bertingkah semena-mena.
Tapi, inilah yang aneh.
Antasena nampak tenang di permukaan tapi belajar dari kejadian dulu. Dia tidak boleh luput dari kecurigaan. Pemberontakan dan penyerangan dahulu adalah bukti nyatanya. Arya harus ekstra hati-hati terhadap orang seperti ini.
"Perbanyak mata-mata, paman adalah orang yang hati-hati. Musuh kita bukan orang sembarangan."
"Baik Raden!"
"Laporkan ini juga pada ayah. Lo juga harus waspada."
Panji nampak kebingungan. "Ada yang salah?"
"Dari laporan ini gue curiga dia kemungkinan udah tau siasat gue. Dia cuma lagi nunggu waktu yang pas. Lo diskusiin ini sama keluarga Uraga perketat perlindungan ayah dan kanjeng nyai! Kerahkan pasukan bayangan punya gue buat jadi mata-mata."
Baru saja akan menyetujui perkataan Arya, Panji langsung menarik suaranya.
"Pasukan bayangan itu pelindung lo, Gue ngga setuju!" protesnya yang sudah tak memperdulikan lagi sopan-santun terhadap Arya.
"Lebih cepat kita ngedeteksi pergerakan paman lebih baik! Kita juga bisa mencegahnya melakukan hal yang buruk."
Arya menengadahkan tangannya sinar berwarna biru keluar dari telapak tangannya. Seiring dengan sinar itu yang meredup barulah terlihat sebuah pelat yang digunakan untuk mengatur pasukan bayangan. Kemudian tanpa membuang waktu ia menyerahkan pelat itu pada Panji.
"Lakukan dengan cepat! Ngga usah nge debat lagi."
Panji tetap masih mau protes. Tapi, ia pun hanya bisa mengalah. Perkataan Arya kali ini nampaknya sudah mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat.
Lantas ia mengambil pelat itu dan berkata.
"Baik Raden!"
Setelahnya barulah ia berubah kembali menjadi Garuda dan terbang pergi.
Arya kembali duduk disamping Naditya, tanpa memperhatikan diantara kegelapan ada yang sedang menajamkan telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru & Harimau Putih
FantasiSemenjak peperangan itu pecah, Keturunan kerajaan Sendang Rani menjadi target orang-orang kerajaan Jayakarsa. Mereka mengincar Keturunan dari Raja Narawangsa yang lahir di hari jum'at kliwon karena di percaya dapat membuka Lawang Agung hingga mereka...