ᮘᮘ᮪ |᮴᮲| : Perasaan

17 3 2
                                    

Semuanya berlalu cepat, lomba itu sudah selesai. Kelas mereka memenangkan juara kedua. Tentu saja seluruh kelas bahagia. Berhasil menjadi juara saja sudah membanggakan.

Tapi, berbeda dengan ekspresi teman-temannya yang senang. Arya nampak tak membuat ekspresi wajah apapun. Ingatan saat Naditya pingsan di pelukan Firas terus berputar di pikirannya. Begitu juga dengan penjelasan dari Tahula.

Berarti gadis itu rela pingsan demi dirinya? Naditya menyalurkan banyak sekali energi spiritual padanya. Hingga Arya sendiri berpikir energi spiritualnya sekarang sangat-sangat cukup.

Ericha melihat kegundahan lelaki itu lantas menyenggolnya kecil. "Padahal menang, tapi malah murung."

"Ngga perlu berlebihan!" jawab Arya acuh tak acuh.

Ericha menghela napas, sifat ini memang susah sekali hilangnya. "Oke, tapi kemana aja kamu kemaren seharian?" tanyanya lagi mencoba mengalihkan topik.

Saat itu pula ingatan tentang kemarin sukses membuat Arya tersenyum tipis. Naditya lucu juga jika sedang dalam keadaan seperti kemarin. Hanya ingatan tentangnya dan Naditya yang terus berputar sehingga senyum itu membuat Ericha langsung mengerti apa yang sudah terjadi.

Ericha diam-diam menggigit bibir bawahnya. "Sepertinya hal yang menyenangkan yah?" tanya Ericha dengan nada suara sendunya.

Arya diam tak merespon. Iya juga, dia pernah ingat bahwa Naditya salah paham terhadap hubungannya dan Ericha. Jadi, kemudian dia berlari menghampiri Firas.

Ericha mengepalkan tangannya keras. Emosi kemarahan muncul jelas di wajahnya. Lagi-lagi gadis itu, pikirnya seakan sudah tau apa yang terjadi pada Arya kemarin. Sekarang hanya satu tujuan Ericha bagaimana caranya agar dia bisa dengan cepat menyingkirkan gadis itu dari jangkauan Arya. Jika tidak Arya akan sepenuhnya tertarik pada gadis itu dan lupa tujuan awalnya.

Disisi lain Naditya sudah merasa pulih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain Naditya sudah merasa pulih. Ia juga berharap untuk segera pergi ke kelas dan melihat kemenangan Arya dan kelasnya. Sayangnya sedari tadi Kanaya dan Dhika sangat tidak mendukungnya untuk melakukan hal itu. Mereka bahkan senantiasa menunggu Naditya di UKS.

Berbicara tentang mereka berdua Naditya jadi merasa kehilangan satu orang. Hara, gimana keadaan dia sekarang? Baru beberapa hari tidak bertemu rasanya sudah hampa saja, padahal jika ada Hara pasti dia akan menampilkan huru-hara dengan Kanaya.

Tak lama setelah pemikiran itu pintu terbuka menampakkan Arya, Tahula, dan Firas disana. Tentu saja hal itu langsung menerima penolakan dari Dhika dan Kanaya tanpa sadar.

Naditya yang melihat kedua sahabatnya otomatis berdiri seakan melindunginya membuatnya kebingungan. Kenapa mereka jadi waspada?

"Kami nggak akan berbuat macam-macam!" telepati Firas yang sontak membuat Kanaya dan Dhika membuka matanya terkejut.

"Kami tau identitas asli kalian, jadi gue yakin kalian ngga mau identitas kalian terbongkar bukan?" Kanaya dan Dhika jatuh dalam pemikirannya sendiri akibat telepati Tahula satu ini.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang