ᮘᮘ᮪ |᮳᮵| : Kekuatan Keturunan Agung

29 6 2
                                    

Sudah tiga hari Hara tidak masuk, alasannya masih sama ia masih sakit. Dan sudah selama ini kelompok mereka masih dalam peringkat perwakilan harapan. Ini tidak aneh sih. Memangnya siapa juga yang mau dengan lapang dada mengundurkan diri dari perwakilan kelas dengan reward yang tidak kecil itu.

Meski sedikit kecewa karena besok akan diadakannya lomba presentasi itu. Tapi, menjadi perwakilan harapan saja rasanya sudah cukup bagi mereka. Sejak awal mereka juga tidak terlalu berharap dengan hal ini. Sebaiknya mereka persiapkan untuk menyusun laporan PKL nanti dengan benar.

"Yah, semangat. Nanti sore gladi!" kata Ranum.

Naditya mengangguk. "Lo juga!"

"Eh, gimana Hara?" tanya Galih yang memundurkan tubuhnya karena ia duduk di bangku yang ada di depan bangkunya Ranum dan Naditya duduki.

Plak...

Kanaya datang duduk di tengah-tengah mereka sembari menggeplak kepala Galih. "Anjing lo, Nay! Kebiasan deh heran," rutuk Galih.

"Kecengklak entar!" dalih Kanaya.

Galih hanya dapat mengusap dadanya sabar. Kanaya ini sedikit agak sulit untuk diajak adu argumen.

"Hara udah mendingan, tapi dia masih perlu perawatan," jelas Kanaya tanpa diminta.

Naditya termenung diam. Jika dirawat seperti ini sepertinya penyakit Hara memang parah. Hah... Harusnya kemarin Naditya menyuruhnya pulang lebih awal. Mungkin saja ia akan di obati lebih awal juga.

Kanaya yang menyadari keresahan Naditya duduk mendekat kearah gadis itu dengan sedikit berbisik, "Hara bela-belain kerkom bukan buat ngeliat lo murung kek gini."

Naditya tersenyum simpul. Benar juga apa yang di katakan Kanaya. Baiklah, mari fokus buat presentasi.

Mereka berjalan ke auditorium

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka berjalan ke auditorium. Beberapa anggota OSIS nampak berlarian kesana kemari. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang sedang berlatih sebagai MC. Ada yang sibuk membenahi ruang dan lain sebagainya. Meski nampak beberapa anggota OSIS maupun Panitia acara di luar keanggotaan OSIS yang  nampak berleha-leha sambil bergosip ria ataupun merokok. Yah, itu adalah hal yang lumrah.

Naditya dan anggota kelompoknya di giring menuju tempat duduk paling depan. Disana juga ada empat perwakilan kelompok lainnya. Mereka nampak fokus pada laptop masing-masing dengan secarik kertas ditangan mereka.

Sayangnya, ternyata keadaan tidak sebaik itu bagi kelompok mereka. Beberapa anggota OSIS bahkan anggota perwakilan lain nampak memicingkan matanya tajam dan memandang rendah mereka berlima.

"Gue denger mereka kelompok yang dapet peringkat perwakilan harapan."

"Wah bagus dong?!"

"Apanya yang bagus?"

"Lah kenapa?"

"Katanya ada yang nyuap guru-guru buat masukin mereka jadi perwakilan. Padahal biasanya masing-masing kelas cuma punya satu perwakilan."

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang