ᮘᮘ᮪ |᮶᮱| : Pak Badaruddin

17 4 0
                                    

Naditya yang sedang mendesis kesakitan, berkata dengan nada rendah.

"Tidak, saya hanya sedang bertanya."

"Bertanya? Sepertinya kamu sangat penasaran dengan kediaman ini."

Bukannya melonggar pegangan itu malah semakin erat. Membuat Naditya mengerang kesakitan.

"Siapapun yang mencoba berpikir buruk terhadap kediaman itu, ngga bakal aku lepasin. Meskipun kamu adalah tamu kehormatan desa ini."

Naditya meringis kecil. Meskipun pak Badaruddin ini memakai energi spiritual.ia tidak bisa tiba-tiba mengeluarkan energi spiritual untuk melawan pak Badaruddin ini. Itu hanya akan membuat orang-orang awam ketakutan.

Lantas ia mencoba memukul-mukul tangan pak Badaruddin agar melepaskan genggamannya yang semakin lama semakin erat bahkan telapak tangan Naditya sudah mati rasa dibuatnya.

Plak...

Arya yang entah datang dari mana memukul tangan Pak Badaruddin keras hingga genggaman tangan itu terlepas. Pak Badaruddin dengan sigap langsung menangkas serangan itu.

"Kalo bapak menyakitinya, saya ngga bakal sungkan lagi."

Mata pak Badaruddin langsung tajam. Karena genggamannya tadi memakai energi spiritual jadi Arya juga secara tidak sengaja menunjukkan aura energi spiritualnya. Hal itulah yang membuat mata pak Badaruddin menunjukkan aura permusuhan yang lekat.

"Hm, bangsa manusia harimau. Keturunan kerajaan Jayakarsa. Baguslah, aku ngga perlu nyari kamu kemana-mana."

Pak Badaruddin menyiapkan pose kuda-kuda yang sudah memiliki kehendak untuk melawan Arya. Kebencian sangat jelas terpancar dimatanya.

Arya yang merasa di tantang, juga sedang bersiap melakukan pengumpulan energi spiritual dan hendak menyerang Pak Badaruddin. Tapi sebuah tangan yang mendarat di pundaknya menghentikan lelaki itu.

Arya berbalik mendapati gelengan dari Naditya.

"Pak Badaruddin, disini terlalu menarik banyak perhatian!"

Mata pak Badaruddin beralih menatap Naditya.

"Kamu pikir saya peduli? Orang yang menghancurkan keluarga kerajaan Sendang Rani berhak mendapat balasan yang setimpal."

Rupanya tebakannya benar. Itulah yang terbesit di benak Naditya.

Di saat pertemuannya di mansion itu, Naditya sudah memperkirakan bahwa pak Badaruddin pasti ada kaitannya dengan orang tuanya. Tidak mungkin orang luar bisa masuk dan melarang orang lain untuk menyinggahi kediaman itu, kecuali dia adalah orang kerajaan Sendang Rani atau orang dari ayah dan ibunya.

Awalnya ia hendak membongkar identitas pak Badaruddin tanpa hal-hal yang membahayakan. Lagi pula mereka sejatinya ada di pihak yang sama.

"Dhika, tabir ilusi!" pinta Naditya yang langsung di angguki oleh Dhika tanpa basa-basi.

Lelaki itu membaca ajian kemudian mengeluarkan benda pusaka untuk membuat tabir ilusi di sekitar mereka. Ini adalah tabir yang sama yang Arya gunakan untuk menjebak Naditya dulu. Karena benda pusaka itu ada ditangannya sejak kejadian itu.

Tak butuh waktu lama tabir ilusi tercipta. Menyisakan Naditya, Arya, dan pak Badaruddin di dalamnya.

"Kalian sudah merencanakannya?" terka pak Badaruddin.

Iya, Naditya sudah merencanakan saat mereka berjalan keluar dari mansion. Naditya menceritakan kecurigaannya sekaligus mengatakan idenya untuk membongkar identitas asli pak Badaruddin.

"Seperti yang Anda katakan."

"Apa yang kalian mau?"

"Mengobrol dengan anda!" tegas Naditya.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang