ᮘᮘ᮪ |᮳᮴| : Peringatan

30 6 1
                                    

Kerja kelompok sudah di mulai hari minggu ini. Mereka harusnya mengerjakan PPT dan merevisi hasil laporan. Setelahnya membagi tugas. Tapi, Hara tak kunjung tiba. Sambil menunggu mereka sudah mulai merangkuk terlebih dahulu.  Selang beberapa saat Hara datang dengan raut wajah yang nampak tidak bersemangat.

Jadinya yang pertama menyadari jika lelaki itu nampak kelelahan. Lantas ketika Hara duduk diantara ia dan Kanaya setelah menyapa yang lainnya, Naditya langsung kembali meyakinkan dirinya. Ia bertanya kemudian.

"Lo sakit?"

"Dikit, nggak terlalu parah kok!" dusta Hara sambil terkekeh kecil untuk meyakinkan Naditya.

Naditya mengangguk paham. Pikirnya mungkin Hara sedang sedikit demam atau flu. Lalu ia kembali melanjutkan tugas kelompok itu.

"Lih, coba mulai nyari templatenya."

"Pake template nih PPT nya, Nad?" tanya Ranum.

"Mau bikin sendiri aja?"

Kanaya menangguk semangat. Ia merangkul Hara dan Galih bersamaan sambil berkata. "Lo lupa kita punya member Ace, soal PPT?" kelakarnya dengan bangga.

"O iya iya. Ok, ok kalo gitu. Gini aja gimana?" Naditya menjeda untuk memastikan semua memperhatikannya agar ia tidak menjelaskan dua kali. "Gue sama Dhika bakal lanjutin nge ringkas materi buat ditulis di PPT, Hara sama Galih buat PPTnya. Terus Ranum sama Kanaya bakal nyeleksi foto, gimana?"

"Gaslah!"

Begitu pembagian tugas itu selesai mereka mulai mengerjakan tugas dengan khidmat. Tidak ada yang tidak bekerja. Mereka tenggelam dalam dunianya masing-masing. Sampai mereka tidak menyadari jika makin lama wajah Hara makin memucat.

Hara sendiri sudah merasa hampir kehilangan kesadarannya. Semoga mereka tidak menyadari perubahan ini. Ia menguatkan dirinya dengan tenaga dalam. Setidaknya ia harus menyelesaikan bagiannya sebelum ia benar-benar tak sadarkan diri nantinya.

"Ra, coba deh pake yang itutuh yang lebih renggang," usul Galih.

"Yang ini?" jawab Hara.

"Iya yang itu,"

Tapi ternyata tidak semudah dan secepat itu. Dalam hal pembuatan PPT ini ada dua pemikiran yang bisa saja tidak sepemahaman. Jadi, Hara dan Galih akan berdiskusi lagi untuk menentukan elemen apa yang cocok di PPT mereka agar tampak cantik tapi sederhana. Itu kesepakatannya.

Beberapa saat kemudian, Hara sudah menyelesaikan bagiannya. Hanya tinggal menambahkan sedikit lagi materi yang masih di ringkas Naditya dan Dhika. Tapi kepalanya semakin pening ia melihat saat ini sudah hampir jam 12. Hampir setengah hari yang di lalui Hara setelah memakai ajian penguat diri. Ternyata ajian ini lebih mengerikan dari yang dibayangkan. Awalnya memang terasa sangat segar seakan tidak sakit sedikitpun. Tapi saat waktu kian berlalu tubuh rasanya lemas dan dada kiri mulai terasa sakit.

Kanaya mulai menyadari wajah lelaki itu yang kian mengkhawatirkan. Hara memang hanya sedang menyenderkan tubuhnya di sofa. Tapi, ia nampak tak berdaya.

Ia menyenggol sedikit lengan Dhika yang terus membuat Dhika ter interupsi oleh senggolan itu. Dagunya terangkat sekejap seakan menanyakan kenapa? Kanaya tak menjawab, ia hanya menunjuk Hara dengan Matanya.

Sejurus kemudian Kanaya berjalan menghampiri Hara.

"Pucet gitu, mau pulang aja?" bisik Kanaya yang kemudian duduk di samping Hara.

Hara nemutar kepalanya dengan sudah payah kemudian berkata. "Dikit lagi, abis itu gue pulang."

Kanaya membenahi duduknya, lalu menepuk pundaknya. "Gue pinjemin. Sandaran sofa agak pendek bisa bikin sakit leher."

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang