17 tahun kemudian...
Suara sorak-sorai penonton memenuhi area lapangan basket yang tengah melakukan pertandingan basket dadakan karena jamkos. Mereka nampak antusias melihat pertandingan itu, lebih tepatnya mereka antusias melihat seorang gadis yang tengah bertanding dengan 3 lelaki di lapangan basket itu. Salah satu saingan gadis itu adalah kapten basket sendiri. Tentu saja ini menjadi tontonan yang menarik.
Sudah beberapa seri yang mereka mainkan. Kini skor berada di nomor yang imbang. Penonton juga mulai penasaran dengan hasil akhir dari pertandingan ini.
Kini si gadis mengambil alih bola basket dan mendrublenya. Hingga satu shoot sempurna yang langsung membawa dia menuju pintu kemenangan. Para penonton bersorak-sorai terhadap kemenangan gadis itu.
Gadis cantik dengan rambut sebahu yang ia ikat itu mengangkat tangannya dengan bangga. Hingga si kapten basket sendiri langsung mendekat dan bertos ria dengannya begitu juga dengan lelaki yang lainnya.
Dia adalah Kanaya...
Ey... Tapi bukan dia tokoh utama kali ini. Tokoh utama kali ini adalah sosok gadis yang tengah duduk di tribun penonton dengan santai sambil membaca buku. Begitu angin datang menyibak rambutnya, wajah cantik gadis itu terekspos.
"Nana!" panggil Kanaya yang membuat gadis yang tengah pokus pada buku itu mendongakkan kepalanya dan melihat Kanaya.
Dia hanya tersenyum manis sebagai tanggapan yang membuat Kanaya kesal sendiri. Padahal dia sudah mengisyaratkan pada gadis yang ia panggil Nana tadi untuk mengambilkan botol minum yang ada disampingnya.
Akhirnya Kanaya pasrah dan menghampiri gadis itu. "Makanya ambil sendiri," sarkas gadis itu seraya terkekeh kecil.
"Nggak gitu konsepnya, Nana sayang."
"Lagian biasanya sama Hara, kenapa tiba-tiba jadi gue?" gerutu gadis itu.
"Kapan lagi seorang Nyimas Naditya S.N mau diajak panas-panasan?!"
Iya gadis yang sedang membaca buku itu barulah tokoh utama kali ini. Nyimas Naditya, atau orang-orang mengenalnya sebagai Naditya. Gadis kesayangan guru dengan kecerdasan diatas rata-rata. Hanya saja dia juga bukan gadis yang unggul dalam segala hal. Dalam olahraga salah satunya.
Maka dari itu suatu keanehan jika Naditya berada di tribun penonton dan menyaksikan pertandingan basket tadi. Karena biasanya dia hanya dapat ditemukan di perpustakaan.
"Lo ngomong kayak gitu, kayak gue nggak pernah panas-panasan aja."
Kanaya segera meneguk air yang ada di mulutnya. "Eh .... Siapa yang malah ke perpus padahal lagi ada mapel olahraga?" todong Kanaya.
Naditya malah cengengesan sambil menyerahkan handuk di pangkuannya pada Kanaya. "Kan segala sesuatu pasti ada alasannya."
"Ngelesnya," sindir Kanaya seraya kembali meminum air dari botolnya.
Plak...
Tiba-tiba seseorang memukul kepala belakang Kanaya yang membuat Kanaya reflek menyembur orang itu dengan air dari botolnya.
"Hara sialan!" pekiknya.
Laki-laki itu malah cengengesan karena tidak terkena oleh semburan air dari Kanaya. Dia juga malah mengejek Kanaya yang berakhir dengan sesi kejar-kejaran. Ini adalah pemandangan yang umum disaksikan oleh Naditya. Seorang Hara yang suka menjahili Kanaya. Hara itu suka bersikap kekanak-kanakan dan hal yang paling dia suka adalah menjahili Kanaya.
"Eh ... Eh ... Eh ...." protes Naditya yang tidak terima dirinya ditinggalkan.
Seseorang malah menahannya dan duduk disampingnya. Itu adalah kapten basket yang tadi bermain bersama Kanaya. Dhika namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru & Harimau Putih
FantasíaSemenjak peperangan itu pecah, Keturunan kerajaan Sendang Rani menjadi target orang-orang kerajaan Jayakarsa. Mereka mengincar Keturunan dari Raja Narawangsa yang lahir di hari jum'at kliwon karena di percaya dapat membuka Lawang Agung hingga mereka...