ᮘᮘ᮪ |᮴᮵| : Kejadian di Padepokan

25 5 1
                                    

Hal yang selalu ingin Naditya tanyakan pada Dhika selalu saja menyangkut ditenggorokan. Selama perjalanan dia hanya bisa diam tak berkata apapun. Diantaranya, Dhika, dan Arya hanya ada satu kata yang menggambarkannya, 'hening' tak ada kata lain. Tak ada satupun dari dua lelaki itu yang mau menjelaskan pada Naditya mengenai situasi apa yang terjadi sekarang ini.

Ditengah kebingungan itu, Mobil terus melaju menerjang jalan yang penuh dengan pepohonan. Hingga suasana cerah menyapa mereka didepan sebuah gapura megah meskipun sudah terasa termakan waktu.

Naditya kagum sekagum-kagumnya menatap gapura itu. Bahkan rasa kagum itu mengenyahkan kebingungannya tadi. Ia menikmati arsitekturnya yang sangat kental nuansa tradisionalnya. Tak lama kemudian gerbang terbuka lebar menampakkan bangunan tak kalah megah di dalamnya. Suara orang-orang yang semangat berlatih silat langsung masuk ke indra pendengarannya dengan sangat lantang dan gagah. Suara itu tepat berada di lapangan sebelah kiri dari gerbang itu.

Dhika masuk kesana tatapan kagum langsung terarah padanya. Membuat Naditya berdecak bangga. Rupanya Dhika memang bukan orang sembarangan. Seorang pemuda langsung menghampiri Dhika dengan sopan dia berkata, "Kang, Aki sudah menunggu Akang di pendopo seperti biasa!"

"Baik, terimakasih. Lanjutkan pelatihannya!" jawab Dhika yang langsung Naditya rasakan wibawanya.

Dhika si tampan yang dicintai banyak gadis di sekolah, memiliki latar belakang seperti ini ternyata. Selanjutnya haruskah Naditya juga berkata sopan-santun pada Dhika? Sepertinya dirinya dulu kurang memperlakukan Dhika dengan baik.

Mereka menyusuri jalan setapak yang kanan-kirinya penuh dengan bunga melati serta bambu kuning itu. Suasana mistis disana sangat kental tapi mengagumkan disaat yang sama. Putihnya melati seakan menjadi selimut bagi bambu kuning yang menyilaukan itu. Semerbak wanginya menyapa lembut indera penciuman Naditya.

Sampai dimana ada sebuah kolam ikan yang lumayan besar, di tengah-tengahnya ada bangunan yang mungkin di sebut pendopo tadi. Ah disana juga ada siluet lelaki tua yang tak asing lagi di mata Naditya.

Tapi, tiba-tiba angin kencang berhembus dari samping Naditya. Ia sempat terkejut, bahkan lebih terkejut lagi ketika Arya yang berjalan di belakangnya tadi kini sudah ada di pendopo itu.

Arya menatapnya garang, sementara lelaki tua itu diam tak menggubris matanya masih tertutup. Sepertinya dia sedang meditasi.

Begitu Naditya dan Dhika tiba, mata lelaki tua ia berkedut kecil. Sekarang Naditya pun akhirnya tau ternyata lelaki tua ini adalah orang yang disebut Kanaya sebagai kakek dari Hara waktu itu. Dia juga yang pernah memperingatkan Naditya.

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang