ᮘᮘ᮪ |᮲᮷| : Ragu

34 8 4
                                    

"Udah di bilang kalo suka bilang aja. Kita bisa ubah strategi kok!" sosor Firas.

Arya hanya dapat menghela napas. Ini sudah kesekian kalinya Firas berbicara tentang hal ini. Dan Arya ingin sekali menghantamnya dengan ajian Es. Agar Firas membeku dan diam.

"Stop bahas itu! Gue punya hal lain buat di bahas." Arya melirik Tahula. "Lo kehilangan mustika cermin ganda, kan?"

Tahula yang ragu-ragu menggaruk tengkuknya canggung. "Jatoh nggak sengaja."

Arya memijat keningnya.

Sesaat kemudian Tahula berpikir dengan keras. Ia mencoba mengingat apa yang sudah ia lupakan dari kejadian beberapa hari lalu di hutan.

"Ah iya, ngomongin soal kejadian itu. Gue inget sesuatu. Ular yang gigit lo."

"Ular daun itu?" Arya memotong.

Tahula mengangguk. "Dia bukan ular biasa. Apa paman Antasena ngomongin sesuatu nggak tentang ular itu?" tanya Tahula.

Arya kebingungan sendiri pasalnya beberapa hari yang lalu pamannya hanya membahas tentang energi Naditya yang mengalir di tubuh Arya. Ia tidak membahas tentang racun seperti apa yang membuatnya sampai takluk seperti itu.

Arya menggeleng. "Nggak!"

Tahula dan Firas saling bertemu tatap.

"Gimana bisa?" tanya Tahula. "Kita juga tau lo nguasain ajian pengekal raga, ajian  yang ngebuat lo kebal sama racun apapun. Pasti seenggaknya paman Antasena bilang sesuatu tentang ular itu."

Firas mengangguk. "Bener, nggak mungkin paman Antasena biarin ular itu gitu aja." akhirnya Firas menyerah ia menatap Tahula dan bertanya, "Coba lo liat ciri-cirinya nggak?"

Tahula langsung memasang wajah serius. Dia sedang mencoba untuk kembali mengingat-ingat. "Gue inget ada satu titik aneh di kepalanya. Kayak sinar warna biru."

Firas awalnya berpikir sejenak. Matanya membelalak kemudian. "Hah?! Sinar biru?!"

Tahula mengangguk dengan polosnya. Arya yang menyadari perubahan tone bicara Firas langsung menatap serius Firas.

"Lo tau sesuatu?" tanya Arya dengan nada menuntut.

Firas langsung menjawab. "Dia Aruna, legenda mengatakan dia adalah bawahan Nyi Ambet Asih. Nggak heran dia punya racun yang mematikan. Racunnya itu sangat unik. Jelas, ajian pengekal raga tidak mampu menahan racunnya. Ajian itu hanya melindungi raga pemiliknya, sedangkan racun Aruna menyerang inti energi spiritual. Beruntung, lo nggak digigit." ungkap Firas sambil menepuk bahu Tahula.

"Se berbahaya itu?" tanya Tahula takut-takut

"Sangat, lo liat aja Yang Mulai juga nggak kebal sama racunnya. Mungkin kalo itu lo. Lo udah meninggal, abis tiga kali napas," ucap Firas diakhiri dengan kalimat bernada bercanda.

"Sial! Lagi do'ain gue mati lo?"

"Eyy, gue cuma meringatin lo!"

"Bacot!"

"Mau berantem sampe kapan?" tanya Arya.

Firas dan Tahula akhirnya berhenti beradu mulut. Arya pun kembali dalam ekspresi seriusnya. "Lo, punya hal lain? Gue pikir racun Aruna pasti berpengaruh ke gue."

Firas menjentikkan tangannya. "Harusnya iya, dan gue nggak bercanda soal racun itu mematikan dalam waktu singkat. Tapi, sepertinya ada ramuan yang ngebuat lo baik-baik aja sekarang."

"Ramuan?"

Firas kembali mengingat kejadian itu. "Gue inget, katanya lo di kasih obat sama Naditya. Mungkin itu yang ngehambat penyebaran racun sampe ditanganin sama dokter, oh iya bisa jadi energi spiritual yang di transfer ke lo juga ada kaitannya dengan ini."

Darah Biru & Harimau PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang