Mata Arya menajam kala mendengar hal itu, sebelah tangannya bergerak kebelakang punggungnya dan mencoba merapalkan ajian pelupa ingatan. Agar, jika perempuan didepannya ini tahu tentang identitas dirinya sebagai Putra Mahkota Kerajaan Jayakarsa, ia bisa langsung menyerangnya.
Naditya mendengus kesal. Matanya menelisik curiga kearah tangan Ary, yang Arya sembunyikan di belakang punggungnya. Sebelah alisnya terangkat, "mending lo yang ngomong sendiri ato gue yang jelasin ke lo?"
Kening Arya mengkerut, instingnya mengatakan ia harus waspada sekarang. Ternyata benar kata Tahula, Naditya tidak selemah itu. Intuisi gadis itu sangat kuat.
Melihat Arya yang terus tutup mulut, membuat Naditya jengah sendiri.
"Ok, biar gue yang jelasin!"
Arya menatap Naditya angkuh. Bahkan setelah ancaman itu, dia tetap bergeming. Ia sangat teguh pada pendiriannya rupanya.
"Lo..." satu kata pertama yang membuat Arya berancang-acang akan menyerang Naditya.
"Stalkingin gue, kan?"
"Hah?"
Energi spiritual berwarna biru ditangannya itu langsung hilang kala mendengar hal itu.
Kebingungan Naditya sontak membuat Arya kebingungan juga.
"Atau ... Lo mau nyulik gue?"
"Hah?"
Naditya mendesis bingung, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia kembali menatap Arya tajam, sampai mata itu menemukan tangan Arya yang masih ada di belakang punggung lelaki itu.
Naditya tentu saja tidak menyerah sekarang. "Terus kenapa lo sembunyiin tangan lo?" tanyanya seraya menunjuk tangan lelaki itu.
Kemudian dengan kepercayaan diri yang tinggi dia kembali menatap Arya, "lo nyembunyiin piso ya di belakang. Buat ngebunuh gue?"
Naditya sudah berancang-acang dengan melakukan sikap kuda-kuda sembarang. "Lo pikir gue takut? Maju lo sini!"
Arya dengan muka datarnya menggerakkan tangannya yang ada di belakang punggungnya tadi kedepan. Kemudian menjulurkannya pada Naditya, yang sontak membuat gadis itu bergerak mundur.
Melihat apa yang ada ditangan Arya, Naditya menyeru, "racun?"
"Salep!"
Arya menunjukan benda itu pada Naditya, kemudian tanpa menunggu waktu untuk Naditya mencerna kejadian saat itu, tangan kirinya menarik lengan Naditya mendekat. Dengan telaten dia mengoleskan salep itu di pergelangan tangan Naditya. Saat itu di pikiran Arya ada satu kalimat yang terus ingin membuatnya ingin sekali tertawa, ternyata gadis ini sedikit bego.
Naditya yang tadi waspada kini malah jatuh dalam pesona lelaki itu. Tanpa sadar ia malah ingin terus menatap Arya. Hingga tiba-tiba netra itu menangkap basah tatapan kagum dari Naditya. Yang membuat Naditya lantas membuang muka.
"Gue masih nunggu penjelasan dari lo!" ketus Arya.
"Penjelasan apa? Lo yang harusnya jelasin ke gue!"
"Soal?"
Naditya mendecih tak percaya, sontak tangan kirinya berkacak pinggang. "Soal apalagi? Soal lo stalkingin gue!"
Arya mendengus kecil. "Pede amat!"
Naditya menganga tak percaya. "Eh, lo pikir gue nggak tau pas lo ngikutin gue ke ruang bk, terus waktu itu di Mall, pas gue belanja bareng Dhika, bahkan lo sampe ngikutin ke rumah gue. Arya, lo aneh!"
Barulah setelah itu disampaikan Arya membisu. Ternyata selama ini, Naditya pura-pura tidak menyadarinya padahal dia tahu. Soalnya tindakan gegabah itu Arya lakukan untuk mencari tahu benarkah Naditya adalah keturunan agung. Ternyata hal itu diketahui oleh Naditya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru & Harimau Putih
FantasíaSemenjak peperangan itu pecah, Keturunan kerajaan Sendang Rani menjadi target orang-orang kerajaan Jayakarsa. Mereka mengincar Keturunan dari Raja Narawangsa yang lahir di hari jum'at kliwon karena di percaya dapat membuka Lawang Agung hingga mereka...