Kemeriahan Natal tak serta-merta membuatnya ikut berbahagia. Dikala semua orang larut dalam semarak perayaan, tubuh kecilnya hanya mampu memandang dari kejauhan. Dalam pikiran polosnya ikut bertanya, kenapa dia tidak diajak ikut serta? Padahal saudaranya yang lain ada disana dan mendapat kado dari masing-masing anggota keluarga.
"Semi..."
Kepalanya menoleh ketika panggilan itu terdengar dalam rungunya. Seorang pengasuh yang ditugaskan sang ayah untuk menjaganya menghampirinya. Tanpa bicara dia menunjuk ke arah kerumunan orang yang sedang berpesta. Namun gelengan dari pengasuhnya membuat keinginannya lenyap begitu saja.
"Pesta di kamar sama mbak aja ya?"
Semi, bocah yang kini masuk dalam gendongan itu tidak menjawab, tidak pula mengangguk atau menggeleng. Dia diam saja ketika pengasuhnya itu membawa tubuh kecilnya ke dalam gendongan. Sebelum benar-benar pergi, netra sipitnya kembali menoleh pada riuh pesta di ruangan sana. Ada rasa tidak ikhlas namun dia tak bisa berbuat apa-apa.
Semi dibawa kembali ke kamarnya. Bocah berusia lima tahun itu dibawa untuk duduk di karpet tebal yang ada di kamarnya.
"Tunggu bentar ya. Mbak ambil pohon kita dulu."
Semi masih tetap diam. Pandangannya mengedar pada tiap sudut kamarnya yang sepi. Satu-satunya hiasan yang mencolok tentu foto keluarga yang katanya dibuat tahun lalu ketika usianya empat tahun. Dia masih kecil, tapi ingatannya kuat. Semi bisa dikatakan pandai melebihi bocah seumurannya. Tapi karena dia tidak pernah 'bicara', maka kelebihan apapun yang ada padanya tidak terlihat. Bahkan di cap pertumbuhannya lambat karena Semi sendiri lebih memilih bersikap pasif.
Lamunan Semi harus berakhir ketika pengasuhnya datang dengan membawa pohon natal kecil. Ukurannya kurang lebih seratus dua puluh sentimeter. Setidaknya sedikit lebih tinggi daripada Semi.
"Katanya mau ngerayain natal sama abang-abang, kan? Nah...ini nama-nama abangnya udah jadi. Kita pasang ya."
Yang dimaksud nama-nama adalah hiasan yang bertuliskan semua nama abangnya dan papanya. Padahal Semi tidak mengatakan apa-apa, tapi pengasuhnya itu selalu memahami apa yang diinginkan olehnya. Tanpa suara Semi memasang satu persatu hiasan pohon natal dibantu oleh sang pengasuh. Tak lupa potret keluarganya juga ikut digantung bersama hiasan yang lain.
"Nah...karena ini pesta, jadi harus ada jajannya."
Setelah sibuk dengan pohon natal, pengasuhnya kini membawa nampan berisi dua kue kecil, cupcake, setoples kecil permen warna-warni, dan susu coklat kesukaan Semi.
"Karena ini natal, Semi boleh makan permen. Tapi janji nggak banyak-banyak ya."
Meski tanpa ucapan, tapi senyuman kecil dan anggukan antusias itu cukup menunjukkan jika Semi kini sedang berbahagia. Nampan yang tadi dibawa kini diletakkan di meja lipat yang biasa Semi gunakan untuk belajar di karpet jika sedang bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
Fanfiction▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya. ▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin). ▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka. ...