Demam

373 43 17
                                    

Demam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demam.

Pagi ini Cakra dibuat panik dan kelimpungan karena putra bungsunya dan Arino sang pengasuh malah mengalami demam tinggi. Pagi tadi seperti biasanya, Kaihan masuk ke kamar Semesta sekedar melihat adiknya. Papanya telah memperingatkan agar tidak membangunkan adiknya lebih dulu. Namun melihat tidur adiknya yang gelisah, Kaihan merasa ada yang tidak beres. Benar saja, Semesta ternyata mengalami demam. Kaihan yang khawatir tentu saja langsung berteriak meminta tolong pada papanya.

Sedangkan Arin, Abian yang menemukan sahabatnya itu juga tengah tertidur atau mungkin pingsan dalam kondisi suhu tubuh yang tinggi. Untungnya Cakra masih bisa berpikir jernih untuk segera menghubungi dokter keluarga mereka.

"Kondisi Semi beberapa hari ini gimana?"

"Baik. Dia masih aktif seperti biasa."

"Hmm..."

"Kenapa Yon? Apa perlu dibawa ke rumah sakit?"

"Nggak perlu. Di rawat di rumah aja cukup."

"Lalu...penyebab Semi bisa sampai demam tinggi?"

Dokter bernama Yonanta itu mengusap keringat yang membasahi kening Semesta, sepertinya obat yang diberikan mulai bereaksi. Untungnya Semesta masih sadar dan mau bekerja sama untuk makan sebelum meminum obat. Sekarang bocah itu tertidur dan suhu tubuhnya mulai turun.

"Kalau kata gue sih dia stress."

"Stres."

Yonanta mengangguk.

"Udah berapa kali gue bilang sih Cakra, kalau anak lo itu nggak bisa tertekan. Ujung-ujungnya pasti kayak gini. Kayaknya lo emang nggak peduli sama Semi."

"Aku nggak mau berdebat sekarang, Yon."

"Ya makanya dengerin. Bebel banget sih diomongin. Lo milih jadi singel parent dari empat anak yang setiap harinya tumbuh. Apalagi salah satu anak lo ini butuh perhatian lebih banyak. Lo harusnya bisa bertanggung jawab sama keputusan lo dong. Kasian noh anak lo sakit sakit gini."

Cakra memilih diam daripada harus berdebat dengan dokter yang juga merupakan sahabatnya. Lagipula Cakra juga sadar jika yang dikatakan Yonanta adalah benar. Dia selama ini memang kurang memiliki waktu dengan anak-anaknya. Apalagi Semesta yang seharusnya memang butuh perhatian lebih terutama dari keluarganya.

"Gue gak maksud nyalahin lo ya. Tapi gue pengen lo sadar aja. Kalau emang lo keberatan ngerawat dia, gue bakal dengan senang hati ngerawat Semi."

"Iyo Yon, paham. Tapi aku masih berusaha buat jadi ayah yang baik buat Semi."

Karena Cakra telah berjanji pada dirinya untuk menjadi ayah yang baik untuk Semesta. Dia telah menelantarkan ibu dari anaknya ketika mengandung dulu. Lalu apakah dia juga akan kembali menelantarkan Semesta karena tidak sanggup mengurusnya?

"Gue harap lo emang bener-bener mau jadi ayah yang baik buat Semi. Dia udah cukup menderita sampai nggak mau bicara. Dan lo nyembunyiin keberadaan dia aja rasanya udah nggak wajar. Sorry...harusnya gue nggak ikut campur."

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang