Bertemu

323 55 24
                                    

Sesuai dengan janjinya, Abian mengutarakan idenya untuk menjadikan Arino sebagai pengasuh Semi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan janjinya, Abian mengutarakan idenya untuk menjadikan Arino sebagai pengasuh Semi. Cakra sebenarnya tidak menolak asal dia memenuhi persyaratan umum sebagai pengasuh dan yang terpenting adalah Semi menerimanya.

"Aku terserah aja Bi, yang penting Semi cocok."

Karena traumanya di masa lalu, tentu tidak mudah mencarikan seorang pengasuh yang cocok untuk Semi.

"Abang nyari pengasuh udah kayak nyari istri. Mending nyari istri aja bang."

Cakra menggeleng. Mencari istri itu mudah, tapi mencari yang mau menerima putra-putranya itu yang susah.

"Nggak mau mikirin itu Bi. Mana bisa mereka nerima anak-anak, apalagi Semi."

Benar. Cakra bahkan tidak memikirkan lagi pernikahan setelah ibu si kembar meninggalkannya demi lelaki lain. Cakra tidak menyalahkan, dia sadar diri jika selama ini memang tidak pernah ada cinta diantara mereka. Juga permasalahan Semi yang menambah sebab perpisahan keduanya. Sekarang hidupnya tak lagi memikirkan soal asmara, yang terpenting hanya anak-anaknya.

"Tapi temen kamu ini bisa dipercaya?"

"Arin? Bisa lah bang. Abang nggak inget sama dia?"

Cakra menggeleng. Dia tentu tak banyak mengenal kehidupan adiknya saat di sekolah menengah atas. Dulu Abian memilih tinggal di kos saat SMA. Padahal jarak ke sekolahnya tidak lebih dari satu jam perjalanan. Namun dengan berbagai alasan adiknya itu terus mendesak kedua orang tuanya agar diijinkan. Akhirnya kedua orang tuanya mengalah dan mengijinkan Abian untuk tinggal di kos dengan syarat yang muda harus pulang tiap Minggu ke rumah. Abian tentu saja senang karena dia tidak lagi terkekang dengan aturan-aturan keluarga yang menurutnya sudah terlalu kolot.

"Abang jangan kaget kalau ketemu dia. Covernya emang kayak preman-preman cantik di tivi. Tapi aku jamin dia baik kayak ibu peri. Oiya...dia juga kadang bahasanya keluar. Abang jangan syok juga."

"Bahasa?"

"Bahasa Jawa. Kadang juga keceplosan misuh sih. Tapi dia beneran baik kok."

Cakra malah tidak yakin meskipun Abian telah meyakinkan. Dalam kepalanya dia belum bisa membayangkan bagaimana bentuk(?) teman Abian yang akan melamar pekerjaan menjadi pengasuh si bungsu. Otaknya memikirkan bagaimana jika si polos dan penurut Semi malah menurut saja ketika diajari mengumpat dengan bahasa daerah. Yah... meskipun itu kemungkinan tidak akan pernah terjadi.

"Kapan dia bisa interview?"

"Hm? Kayaknya...."

Belum selesai Abian berkata, bel rumah berbunyi.

"Itu kayaknya Arin."

Abian langsung beranjak untuk ke depan. Memastikan jika yang datang memang sahabatnya. Sementara itu Cakra merapikan berkas yang berserakan di meja. Entah apa motivasinya, dia hanya ingin memberikan kesan pertama yang baik untuk calon pengasuh putranya. Tak lama Abian kembali dengan seorang wanita yang mengekorinya. Ketika Abian menggeser tubuhnya, terlihatlah seorang wanita yang cantik (menurut Cakra) dengan penampilan santai tapi rapi. Mengenakan kemeja hitam oversize dipadu jeans ketat berwarna hitam juga. Sebenarnya biasa, tapi menurut Cakra terlihat luar biasa ketika dikenakan oleh wanita yang sekarang berdiri di hadapannya.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang