Pertanyaan

239 50 27
                                    

"Kapan boleh pulang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kapan boleh pulang?"

Arin yang sedang mengupas jeruk menghentikan kegiatannya. Semesta memandang dengan tatapan polosnya. Meskipun tidak banyak bicara, tapi setidaknya Semesta lebih bersemangat dari sebelumnya. Apalagi ketiga abangnya selalu bergantian menjenguk dan membawakannya banyak jajanan atau makanan yang ia inginkan karena makanan rumah sakit tidak enak rasanya. Hubungan mereka semakin membaik dan lebih dekat dari sebelumnya.

"Bentar lagi ya. Sampai kamu bener-bener sembuh."

Bibirnya melengkung ke bawah. Tapi Semesta mengangguk saja. Dia tidak boleh banyak protes, apalagi ini demi kebaikannya. Dia sudah berjanji akan mengikuti semua pengobatan. Semesta tak mau merepotkan papanya lebih banyak.

"Bosen ya?"

Arin menyodorkan jeruk namun Semesta menggeleng. Dia baru saja makan dan perutnya masih terasa penuh.

"Kepikiran sekolah, kak."

Entah berapa lama Semesta tidak hadir di sekolah. Dia sendiri bahkan lupa. Bukan teman atau semacamnya yang ia rindukan, hanya Semesta memikirkan tentang pendidikan.

"Masih mau sekolah umum?"

"Emang mau sekolah dimana?"

Jeruk akhirnya Arin kembali letakkan pada pada piring yang  tersedia. Kini perhatian sepenuhnya ia berikan pada Semesta.

"Papa kamu udah kepikiran buat kamu homeschooling lagi. Tapi kayaknya harus ulang kelas karena kamu banyak absen dan skip pelajaran. Tergantung kamu gimana juga sih."

"Hm? Aku terserah. Tapi sekolah di rumah kan lebih mahal. Nanti ngerepotin papa lagi."

Semesta masih berpikir untuk tidak menghabiskan uang papanya. Dia sekarang tak bisa apa-apa. Biaya rumah sakitnya juga pasti mahal karena Cakra mengambil kamar VIP untuknya. Jika menambah untuk biaya sekolah di rumah, pasti akan lebih banyak biaya yang Cakra keluarkan untuknya.

"Jangan mikirin biaya, ya. Papa sendiri kok yang minta. Jadi Semi jangan mikirin apa-apa lagi ya. Semua yang papa lakukan itu yang terbaik buat Semi."

"Iya."

Ada rasa senang dan takut yang dirasakan oleh Semesta. Senang karena keluarganya berubah sikap menjadi lebih baik padanya. Namun Semesta juga takut jika semua itu hanya sementara. Dulu mereka juga perhatian padanya, karena suatu hal secara cepat semua berbalik membencinya. Semesta takut hal itu kembali terjadi. Karena mungkin, dia tidak sekuat dulu yang bisa menerima kebencian dari mana saja.

"Sem..."

"..."

"Jangan mikir banyak dulu. Yang penting Semi sekarang cepet sembuh. Biar bisa kembali beraktifitas seperti biasa. Masalah sekolah dan semacamnya, nggak masalah ditunda dulu sampai sehat, ya."

Arin hanya tidak ingin Semesta memikirkan banyak hal. Dokter mengatakan agar Semesta dibuat nyaman dan jangan sampai tertekan. Kondisi anak itu masih belum benar-benar stabil. Tapi setidaknya masih lebih baik daripada sebelumnya. Apalagi support-support yang diberikan keluarga juga sangat mempengaruhinya.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang