Lagi dan lagi. Hal yang sama kembali ia jalani. Terbangun dalam keadaan tubuh lemas luar biasa. Ada sakit yang tak bisa ia definisikan bagaimana dan darimana asalnya. Rasanya akhir-akhir ini tubuhnya lebih sensitif, juga lebih lemah daripada yang sebelumnya.
Semesta bangun, namun tak ingin beranjak. Dia hanya memandang langit-langit kamarnya yang bertaburan bintang. Itu adalah ulah Arin dulu. Semesta tidak suka kegelapan dan Arin memasang banyak bintang-bintang yang akan menyala di kegelapan agar kamarnya tidak pernah gelap gulita. Sampai sekarang Semesta tidak pernah juga tidak berniat melepasnya. Dia selalu menghargai apa yang diberikan orang kepadanya. Tiap akhir pekan dia akan membersihkan kamarnya sendiri karena memang dia tidak suka ada orang lain yang membersihkan kamarnya.
Arin adalah wanita yang baik. Dia seperti sosok ibu yang pernah Semesta impikan. Selalu memberi banyak perhatian dan kasih sayang melebihi yang seharusnya. Semesta yang bukan siapa-siapanya tulus disayanginya. Bagaimana jika nanti dia memiliki anak sendiri, pasti anaknya akan dilimpahi banyak kasih sayang. Membayangkannya saja membuat Semesta iri. Bukan tidak bersyukur, tapi remaja itu juga ingin merasakan bagaimana rasanya disayangi oleh sosok ibu. Sayangnya mungkin tak akan pernah terkabul. Ibunya siapa dan dimana saja ia tak tahu. Entah masih hidup atau tidak, Semesta bahkan tak memiliki jejaknya.
Terkadang, Semesta akan membayangkan wajah ibunya ketika berkaca. Beberapa orang mengatakan jika hidung, bibir, dan rahang tegasnya mirip sang ayah. Wajahnya hanya sekilas mirip Cakra, tapi tetap berbeda. Bukankah itu berarti dia banyak menuruni wajah ibunya? Karena penasaran, Semesta pernah mencoba melukis wajahnya versi wanita dan hasilnya benar-benar mengejutkan. Semesta jadi yakin jika ibunya adalah seorang yang cantik.
Semesta tersenyum.
Membayangkan secantik apa ibunya membuat Semesta tersenyum bahagia. Namun senyumnya luntur ketika banyak orang mengatakan ibunya adalah seorang yang jahat. Ibunya adalah seorang perusak rumah tangga orang. Ibunya adalah seorang yang tidak bertanggung jawab. Lalu membuang dirinya setelah dilahirkan karena tidak kuat dengan kesalahan yang membayang, merusak rumah tangga orang.
Pertanyaan lain muncul. Jika memang benar ibunya adalah perusak rumah tangga, bukankah seharusnya ibunya sekarang ada disini. Menjadi nyonya Cakra Buana, menggantikan nyonya yang sebelumnya. Bukankah seharusnya mamanya memeras papanya seperti yang dikatakan orang?
Tapi tidak. Bahkan ibunya hanya meletakkan dirinya beserta surat kelahiran tanpa nama orang tua di teras rumah keluarga Sanjaya. Tanpa alas yang layak. Hanya selimut bayi dan sebotol susu serta surat yang mengatakan jika ia adalah putra dari Cakra Buana Sanjaya. Berharap si tuan mau menerimanya sebagai putra dan memberikan kehidupan yang layak baginya.
"Aku dapat kehidupan layak seperti keinginan mama. Tapi aku pengen pergi sama mama aja. Bawa aku ma."
Ucapnya lirih. Berharap dimana saja mamanya berada, bisa mendengar keinginan Semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
Fanfiction▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya. ▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin). ▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka. ...