"Kami akan melakukan yang terbaik. Tetap berdoa kepada Tuhan semoga semuanya berjalan lancar."
Ucapan itu menjadi penutup sebelum pintu ruang operasi ditutup.
Cakra segera menangkupkan kedua tangannya dan berdoa. Dia tak peduli orang-orang yang memandangnya iba atau sekedar rasa ingin tahu apa yang terjadi pada putranya. Saat ini yang bisa ia lakukan hanya berdoa dan memasrahkan semua urusan pada Tuhan.
Penyesalan karena sempat membuat putranya kecewa terus terngiang. Apalagi Arin sempat mengatakan lewat pesan jika wajah Semesta terus mendung setelah ia mengatakan papanya tak bisa menjemputnya. Cakra benar-benar menyesal karena bukan dirinya yang menjemput Semesta, padahal sebelumnya ia telah berjanji pada sang putra. Sayangnya karena sebuah pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan, ia harus mengingkari janjinya.
Lelaki itu menyandarkan tubuhnya yang lelah luar biasa. Bukan hanya lelah karena pekerjaan, namun juga lelah karena rasa khawatirnya. Disaat Cakra akan pulang untuk beristirahat, dering handphone mengganggu langkahnya. Tak disangka, ternyata berita kecelakaan putranya yang dikabarkan. Tanpa menunggu apapun lagi, Cakra langsung bergegas ke rumah sakit yang disebutkan.
Kini lelaki itu hanya bisa menunggu sembari terus melantunkan doa demi kelancaran operasi Semesta. Bahkan kondisi Arin pun Cakra belum mengetahuinya.
"Pak Cakra..."
Cakra mendongak, ternyata sang sekretaris yang kini berdiri di hadapannya.
"Saya sudah memberi kabar ke rumah utama tentang kondisi tuan muda dan Arino pada tuan Abian."
"Si kembar tau?"
"Tuan Abian yang akan memberitahu mereka."
Cakra mengangguk. Sebelum pergi ke rumah sakit, lelaki itu memang sempat mengirim pesan suara pada sekretarisnya.
"Maaf ya, kamu harusnya udah pulang sekarang."
"Sudah tugas saya."
"Mungkin beberapa hari saya tidak bisa datang ke kantor. Tolong kamu jadwalkan ulang semua pertemuan. Nanti saya bicarakan lagi jika Abian mau menggantikan saya. Jika tidak, terpaksa kita akan membatalkan semuanya. Atau jika mereka mau menunggu, kita bisa membicarakannya lagi."
"Baik pak."
"Karena Arin juga tidak bisa bekerja, nanti Juanita akan saya pindahkan sementara untuk membantu kamu. Kamu tidak keberatan?"
"Tidak sama sekali."
"Dan tolong semua berkas penting kamu antarkan ke rumah. Letakkan di ruang kerja saya. Tolong juga kamu kirim soft copy-nya kamu kirim ke email saya juga ya, Luke."
Luke atau Lukas mengangguk. Memandang tak tega pada Cakra. Meskipun keluarganya dirundung masalah, namun tak bisa melepaskan urusan pekerjaan begitu saja. Apalagi adiknya yang tak mau ikut campur dalam urusan perusahaan keluarga, membuat Cakra harus mengurusi semuanya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
Fanfiction▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya. ▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin). ▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka. ...