Musibah

305 58 20
                                    

Hari-hari tenang Semesta nyatanya hanya bertahan sekejap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari tenang Semesta nyatanya hanya bertahan sekejap. Jika kemarin empat sekawan itu mengemis maaf dari dirinya dengan penuh drama, kini mereka kembali membuat ulah demi menjahilinya. Entah menyembunyikan tasnya, seragam olahraganya, atau barang-barangnya yang lain. Awalnya semesta tak peduli dan membiarkan saja. Nanti juga lelah sendiri pikirnya. tapi makin hari mereka makin menjadi-jadi. Semesta kemarin hampir terkena hukuman guru karena datang telat. Padahal dia telat juga demi mencari buku tugasnya yang entah kenapa bisa diambil oleh mereka.

Makin hari kejahilan mereka makin tak karuan. Kini seragam semesta jadi sasaran. Malangnya tidak ada seragam cadangan lain yang dia bawa. Mau membeli seragam di koperasi juga dia tak membawa uang berlebih. Semesta akhirnya harus rela melewatkan jam istirahat untuk mencari seragamnya. jujur dia begitu lelah. Kegiatan fisik adalah sesuatu yang dibencinya. Olahraga telah menguras hampir seluruh tenaganya dan sekarang dia harus mencari seragam miliknya mengelilingi sekolah.

"Ck..."

Kalau saja dia bisa mengumpat, pasti semesta akan mengumpat saat itu juga. Bagaimana dia tidak kesal ketika seragam yang ia cari malah berkibar di ranting pohon peneduh di taman belakang. Dan bagaimana pula caranya mereka menggantungnya hingga setinggi itu? Dia harus memanjat jika ingin mengambilnya karena tidak ada tongkat yang lebih panjang.

"Bisa digergaji aja nggak sih?"

Dengan kesal Semesta mencoba untuk memanjat. Seumur hidupnya, baru kali ini ia memanjat pohon. Sudah dibilang dia itu tidak menyukai kegiatan di luar rumah apalagi yang menyangkut fisik. kegiatannya hanya berputar pada melukis dan belajar. Lagipula jika Semesta berani memanjat pohon, pasti dia akan dimarahi habis-habisan.

Seperti kebanyakan pohon, banyak semut-semut yang melintas disana. Sesekali akan menggigit Semesta jika si pemuda tak sengaja mengusiknya. Hingga tiba di dahan yang dituju, Semesta ragu untuk melanjutkannya. Dia tak yakin ranting itu bisa menahan bobot tubuhnya. Apalagi melihat dirinya berada di ketinggian seperti ini sedikit membuat kepalanya pusing. Belum lagi angin yang lumayan kencang membuat dahan yang dipijaknya ikut bergoyang.

Semesta sedikit menggeser tubuhnya agar dekat dengan seragam yang masih setia berkibar. Namun tangannya masih belum bisa menggapainya.

"Sedikit...lagi..."

Semesta kembali berusaha. Namun ketika hampir meraihnya, seragam itu malah terbang terbawa angin yang kembali kencang. Semesta sepertinya lupa dimana ia sekarang, tangannya ikut mengejar hingga tubuhnya berakhir tak seimbang. Remaja itu tak lagi sempat berpegangan pada dahan hingga tubuhnya terjun dengan bebas dan menghantam tanah dengan bagian kanan tubuhnya yang duluan mendarat. Semesta mengerang kencang ketika rasa sakit yang amat sangat menyerangnya.

 Semesta mengerang kencang ketika rasa sakit yang amat sangat menyerangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang