▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya.
▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin).
▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Liburan akan usai. Cakra dan anak-anaknya juga bersiap untuk kembali ke tanah air setelah seminggu menghabiskan waktu di Australia. Namun sang ibu menahannya agar tidak kembali ke tanah air. Nyonya besar Sanjaya memang memilih negara kanguru itu sebagai tempat menghabiskan masa tuanya.
"Nggak usah balik, disini aja."
Cakra yang sedang memasukkan barang ke dalam koper memilih untuk menghentikan kegiatan dan memandang mamanya.
"Ma...kita udah bicara."
"Cakra...mama ini udah tua. Tega kamu ninggalin mama sendirian."
"Ma...aku udah ajak mama ke Indo, tapi mama nggak mau."
"Mama nggak mau serumah sama anak haram mu."
Tanpa sadar Cakra meremas baju yang sedang digenggamnya.
"Mama bisa tinggal di apartemen aku atau Bian."
"Kenapa nggak anak mu aja yang kamu buang kesana."
Astaga... sungguh Cakra tak ingin berdebat dengan sang mama. Tapi tiap kali membahas tempat tinggal juga Semesta, pasti hanya perdebatan yang mengakhiri pembicaraan mereka.
"Semi juga anak aku sama seperti kembar ma. Jadi tolong, mama juga bisa nerima dia, ya."
"Nggak. Sampai mati mama nggak akan nerima anak haram itu. Gara-gara dia Ersa minta pisah sama kamu."
"Ma..."
"Gara-gara dia juga kamu nggak mau dijodohin lagi. Ngapain sih kamu melihara penyakit? Dia juga nggak banyak berguna. Kasih ke Nanta aja."
"Ma, plis...aku lagi nggak mau berdebat sama mama. Aku yang sepenuhnya salah disini, bukan Semesta."
"Tapi dia lahir karena kesalahan. Sampai kapanpun dia cacat buat keluarga Sanjaya. Dia bahkan nggak cocok bawa nama Sanjaya. Kalau kamu emang milih anak haram mu itu, maka jangan harap mama bakalan pulang ke rumah kamu. Sampai mati mama nggak akan sudi."
Cakra hanya diam sampai ibunya beranjak dari kamar. Kebencian ibunya pada Semesta mungkin sampai tahap membenci sepenuh hati. Padahal putra bungsunya juga tidak bersalah sedikitpun disini. Dia tidak bisa memilih bagaimana dan dari siapa ia dilahirkan. Apakah jika si kembar yang ada di posisi Semesta ibunya juga akan membenci mereka?
Cakra tidak pernah menyesal memiliki Semesta. Yang ia sesalkan hanya perbuatannya di masa lalu. Dia telah menyakiti banyak wanita karena tindakan yang katanya khilaf. Ersa, mamanya, juga mama dari Semesta yang dia menebak-nebak siapa. Meski setiap kali melihat wajah putranya, Cakra selalu terngiang wajah seseorang. Seorang wanita yang sekarang entah dimana keberadaannya.
"Semi...maafin papa ya."
Dalam setiap malamnya, tak lupa maaf selalu Cakra ucapkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.