Perasaan Cakra

241 45 49
                                        

Sejak permintaan Semesta tempo hari, Arin selalu salah tingkah ketika berhadapan dengan Cakra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak permintaan Semesta tempo hari, Arin selalu salah tingkah ketika berhadapan dengan Cakra. Padahal lelaki itu tidak tahu apa-apa. Tapi Arin selalu berusaha menghindari berpandangan dengannya kala mereka bersama. Awalnya Cakra merasa biasa saja. Tapi beberapa kali dia memergoki Arin tiba-tiba mengalihkan pandang ketika dia menatap membuat Cakra merasa jika ini tak lagi biasa. Hingga akhirnya Cakra memutuskan untuk bertanya.

"Rin...kalau aku punya salah sama kamu, aku minta maaf."

"Ha? Kenapa minta maaf, mas?"

"Kamu selalu menghindar kalau aku nggak sengaja liat kamu."

"E-eh...itu..."

Bagaimana menjelaskannya jika Arin merasa salah tingkah sejak Semesta meminta dirinya untuk menjadi mamanya. Menjadi mama Semesta artinya dia harus menjadi istri dari Cakra. Memikirkannya saja membuat telinganya memanas.

"Rin?"

Cakra menuntut jawaban. Tapi Arin susah menjelaskan. Mana mungkin dia jujur jika-...

"Semi minta aku jadi mamanya."

"Ha?"

Kini Cakra yang cengo. Sedikit memproses kalimat yang Arin ucapkan. Dan apa hubungannya dengan pertanyaan yang ia berikan.

"Kemarin Semi minta aku jadi mamanya."

"Terus kamu jawab apa?"

"Nggak aku jawab lah, mas."

Bahu Cakra sedikit turun mendengarnya. Dia telealu berekspektasi jika Arin akan menjawab iya meskipun demi menyenangkan Semesta.

"Jadi mama itu bukan cuma sekedar jadi mama. Tapi juga jadi-..."

Arin melirik Cakra yang juga menatapnya.

"Juga jadi istri Cakra Buana."

"Nah itu..."

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Jadi kamu mau?"

"Mas jangan aneh-aneh."

"Nggak aneh Rin. Kita kenal udah lama. Kita juga udah lewati banyak hal beberapa waktu terakhir ini. Kamu...apa nggak ada rasa?"

"Rasa kayak gimana?"

"Rasa yang pernah ada."

"Mas jangan kayak abege."

"Serius Rin."

"Ini juga serius, mas."

"Kita tinggal di atap yang sama tapi nggak ada status apa-apa."

"Perlu banget ya status."

Cakra menghela nafas. Mungkin memang tidak seharusnya dia berharap Arin memiliki rasa lebih padanya.

"Aku bukan siapa-siapa, mas. Aku juga tau diri buat punya perasaan. Udah diijinkan disini buat nemenin Semi aja udah terima kasih banyak aku. Nggak pengen berharap dan minta aneh-aneh lagi."

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang