Kecewa (2)

288 58 21
                                    

Kecewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kecewa.

Disaat suara kembang api bersaut-sautan, Semesta hanya bisa memandang semua dari balik jendela kamarnya. Semua menikmati malam pergantian tahun ini. Entah itu dengan membuat acara sendiri atau sekedar berkeliling dan menikmati acara yang tersaji. Bahkan tetangganya yang jarang berada di rumah, kini juga ikut meramaikan pergantian tahun dengan membuat pesta di taman rumahnya.

Sedangkan dirinya...hanya bisa menikmati sambil memendam iri dari balik jendela kamar. Melihat gemerlap perayaan dari kejauhan. Satu tanya terlintas dalam pikiran, kenapa ia tak bisa rasakan bahagia seperti kebanyakan orang?

Ketukan pintu dan panggilan nama yang di lantunkan pun tak membuat enggannya hilang. Semesta masih betah duduk melihat pemandangan dari balik jendela kamar. Sementara seorang dibalik pintu merasakan khawatir berlebihan. Pintu tak dibukakan begitu pula si pemilik yang masih betah dalam diam.

Semesta mengunci diri dalam kamar sejak kabar papanya tak akan pulang. Awalnya Arin mengira anak itu hanya butuh sedikit ketenangan. Namun khawatir dirasakan ketika Semesta tak kunjung keluar.

Semesta hanya ingin sendiri. Hatinya terlalu lelah untuk berekspektasi. Seberapa tak penting dirinya hingga dikecewakan dengan mudahnya? Padahal keinginannya sederhana, hanya ingin berkumpul bersama keluarga. Tapi sayangnya, keluarga pun dia sepertinya tak punya.

We wish you a merry Christmas
We wish you a merry Christmas
We wish you a merry Christmas and a happy new year
Good tidings we bring to you and your kin
We wish you a merry Christmas and a happy new year

Bibirnya ikut melantunkan nada yang terdengar dari televisi yang masih menyala. Teringat masa lalu ketika dia hanya bisa melihat semuanya dari balik dinding bersama pengasuhnya. Keinginan untuk merayakan pesta bersama, rasanya tak akan pernah dirasakan olehnya.

Tanpa dirasa bulir demi bulir air mata mengalir membasahi pipinya. Semesta masih bisa menyanyikan lagu dengan suaranya yang merdu. Keinginannya untuk diakui semakin hari semakin meronta. Tapi apapun yang dia lakukan hanya berakhir sia-sia. Bukan pengakuan yang didapat malah hinaan serta dihujat. Memang tak ada yang benar dalam hidupnya. Termasuk hidupnya sendiri.

Apakah ini saatnya dia memilih menyerah? Apakah dengan begitu semua akan baik-baik saja? Papanya juga tidak masalah bukan? Semua akan kembali seperti semula kan?

Ah... sepertinya benar. Aku hanya sebuah cacat yang tak seharusnya ada.

 Aku hanya sebuah cacat yang tak seharusnya ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang