Ujian Lainnya

285 55 19
                                    

"Perusahaan hampir bangkrut dan kamu malah enak-enakan Cakra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perusahaan hampir bangkrut dan kamu malah enak-enakan Cakra."

Cakra yang sedikit mengantuk serta tubuhnya lelah luar biasa langsung membuka lebar kelopak matanya. Suara sang mama yang ia kira hanya halusinasi semata ternyata sosoknya memang nyata.

"Mama? Kenapa disini?"

Seingatnya, mamanya masih mendiamkannya karena Cakra memaksa pulang setelah perayaan malam tahun baru usai digelar. Beliau juga mengatakan jika kakinya masih belum sembuh benar pasca jatuh terpeleset di kamar mandi. Tapi kini mamanya berdiri di depannya. Terlihat segar bugar dan baik-baik saja.

"Kamu malah tanya kenapa mama disini?"

Wanita paruh baya itu meminta tab yang dibawa oleh pelayan dan sedikit melemparkannya ke meja.

"Baca."

Cakra berjalan mendekat untuk mengetahui apa yang ditunjukkan oleh mamanya. Kembali lelaki itu dibuat terkejut. Dengan sedikit berlari dia menghampiri tempat charge terdekat dan langsung meletakkan handphonenya disana. Hampir seharian ini Cakra tak membuka ponsel pintarnya karena tadi malam Lukas mengatakan jika perusahaan baik-baik saja. Mereka menerima keputusan Cakra untung menunggu pertemuan berikutnya. Karena terlalu fokus menjaga Semesta, bahkan Cakra lupa jika handphonenya kehabisan daya.

"Astaga..."

Sang nyonya besar berdecak ketika mendengar gumaman Cakra. Meskipun berusaha terlihat tenang, tapi sebenarnya Cakra panik luar biasa.

"Loh...mama..."

Suara lain menyapa. Abian yang masih mengenakan pakaian kerjanya menghampiri sang mama untuk menyapanya.

"Aku kira aku ngantuk pas liat mobil mama di depan. Ternyata emang bener mama. Tumben nggak kasih kabar kalau mau kesini."

"Mama mau liat apa aja yang dikerjain abangmu sampai perusahaan hampir bangkrut."

"Hah?"

Abian lalu mengambil tab yang disodorkan oleh pelayan mamanya. Seperti reaksi Cakra sebelumnya, Abian juga terkejut dan tidak percaya.

"Maksudnya apa? Kenapa bisa ada berita kayak gini tapi aku sama bang Cakra nggak tau?"

"Tanya aja abangmu."

Abian memandang Cakra yang entah kini menghubungi siapa. Wajahnya mulai terlihat gelisah.

"Bi...tolong hubungi Lukas. Dari tadi abang hubungin nggak bisa."

Tanpa bertanya Abian mengangguk saja. Dia mengambil alih telepon yang tadi digunakan Cakra untuk menghubungi sekretarisnya. Sedangkan Cakra segera bergegas menuju ruang kerjanya. Seperti yang dikatakan abangnya, nomor Lukas tidak bisa dihubungi. Hanya dering kosong lalu suara operator yang menyahuti. Nyonya Arika juga khawatir. Namun mendengar perusahaan sedang dalam masalah dan Cakra tidak hadir selama beberapa hari di perusahaan membuat wanita paruh baya itu murka. Apa yang terjadi dengan putra sulungnya hingga mengabaikan perusahaan yang diambang masalah?

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang