▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya.
▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin).
▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rencana pernikahan telah dibicarakan. Persiapan telah dilakukan. Mulai dari undangan sampai menu makanan, semua mulai disiapkan. Namun Arin malah bimbang, karena akan bersanding dengan duda tampan nan mapan.
"Kenapa?"
Revana yang kini sedang menemani Arin memilih souvenir pernikahan memilih bertanya, karena yang lebih muda beberapa kali melamun, tak mengindahkan pertanyaannya.
"Eh? Nggak apa mbak."
"Hm? Ada yang di pikirin? Atau kamu...ragu?"
"Ragu?"
"Iya. Sindrom yang mau nikah. Biasanya ragu, bimbang."
Arin terdiam. Sejujurnya dia memang ragu karena semua terkesan tiba-tiba untuknya. Dia masih merasa tak pantas bersanding dengan Cakra. Apalagi penolakan di masa lalu oleh sang nyonya besar Sanjaya. Arin tak tak mungkin melupakannya.
"Rin...itu ujiannya. Pasti ada yang bikin ragu. Tapi ini keputusan kamu sama mas Cakra. Coba dibicarakan aja sama dia. Biar nggak ada salah paham."
Masalahnya hanya Arin yang tidak percaya diri untuk bersanding dengan Cakra.
"Aku cuma nggak pede mbak. Insekyur aja, dibanding sama cewek-cewek yang pernah deket sama mas Cakra, aku nggak ada apa-apanya."
"Emang kamu tau siapa-siapa aja yang pernah deket sama mas Cakra?"
Anggukan Arin berikan. Dia tentu tahu. Bukan dari Cakra, melainkan dari si kembar yang langsung bercerita panjang lebar ketika diminta.
"Mereka semua cantik, berpendidikan, dan pastinya wanita karir yang kaya raya. Aku nggak ada apa-apanya."
Revana melihat bagaimana Arin menunduk, terlihat begitu tidak percaya diri. Dia seperti melihat dirinya beberapa tahun lalu ketika akan menikah dengan Yonanta. Banyak ujian yang ia dapatkan ketika akan menikah dengan lelaki yang kini sah berstatus sebagai suaminya Apalagi hubungan Yonanta dan orang tuanya tidak begitu baik. Tapi lelaki itu terus menguatkan dirinya. Memberitahu jika semua akan baik-baik saja.
"Kamu punya apa yang nggak mereka punya Rin. Kamu lebih unggul dari mereka."
Arin kembali menatap Revana. Dia bahkan tak memiliki apapun yang bisa dibanggakannya.
"Kamu punya kasih sayang anak-anak. Kamu menyayangi mereka dan mereka juga menyayangi kamu. Juga restu dari mereka itu bahkan nggak kalah penting dari restu nyonya Sanjaya. Selain kamu, nggak ada lagi wanita yang punya itu."
Benar. Sekalipun Cakra beberapa kali pernah dekat dengan wanita karena dikenalkan oleh sang mama, tapi tak ada satupun wanita yang mendapatkan restu dari anak-anaknya.
"Rin...sebagai seorang duda yang memiliki anak, tentu mas Cakra sudah mempertimbangkan semuanya. Dia juga bukan remaja beranjak dewasa yang hanya memikirkan cinta dan nafsu semata. Kalau memang mas Cakra udah mantep mau komitmen sama kamu, berarti dia udah mikir semuanya Rin. Dan lagi...kamu bisa sayang semua anak-anaknya dan mereka juga nerima kamu. Itu poin pentingnya."