Felix

297 61 52
                                    

Felix maju selangkah, namun kembali mundur selangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix maju selangkah, namun kembali mundur selangkah. Tangannya sedari tadi terangkat seakan ingin membuka pintu, namun kembali turun karena urung. Dia merasa ragu dan tak pantas berada disini. Selama hidupnya, Felix merasa tak pernah dekat dengan Semesta. Dia ingin seperti Deandra yang dengan mudah mengutarakan perasaannya. Tapi Felix tidak bisa. Sepertinya sikap Cakra menurun padanya.

"Kalau masuk ya masuk. Kalau enggak ya enggak. Yang penting jangan masuk yang enggak-enggak."

Felix berjengit kaget karena suara yang menginterupsinya. Seorang pria tinggi yang ia kenal sebagai sahabat papanya kini berada di belakangnya masih dengan menenteng jas dokternya.

"Mau masuk apa enggak?"

Anggukan gugup Felix berikan. Yonanta itu tampan, tapi wajahnya mengerikan.

Jika saja Felix tahu yang dia katakan mengerikan itu sebenarnya baperan. Melihat sesuatu yang membuatnya terharu saja dirinya bisa menangis.

Felix mengikuti Yonanta yang masuk lebih dulu. Lelaki itu meletakkan jasnya pada sofa dan langsung mencuci tangan di wastafel yang tersedia. Felix juga melepaskan tasnya dan mengantri di belakang untuk mencuci tangannya. Yonanta tersenyum kecil melihat Felix mengikuti semua yang ia lakukan seperti anak ayam.

"Udah ijin papa?"

"Eh...itu..."

Ditanya seperti itu tentu Felix gelagapan. Dia tak ijin siapapun. Dia hanya mengatakan pada Petra akan kerja kelompok di rumah temannya dan akan pulang sebelum malam.

"Gue bilangin papa lo." Ancam Yonanta.

Melihat wajah panik Felix membuat Yonanta ingin menggodanya. Sedangkan Felix benar-benar ketakutan jika ketahuan menjenguk Semesta. Kemarin saja Deandra dimarahi habis-habisan oleh neneknya karena tidak meminta ijin. Felix tidak suka dibentak dan dimarahi apalagi dihukum. Untuk itu dia selalu mencari aman. Tapi jika Yonanta mengadu pada papa atau neneknya, dia sudah pasti akan mendapat Omelan sepanjang malam.

"Becanda...jangan serius gitu dong. Lemes aja."

Boleh tidak Felix memukul sahabat ayahnya ini?

Tapi Felix adalah anak baik. Dia memilih tak menghiraukan Yonanta. Padahal tadi dia hampir menangis. Tapi lelaki itu malah mengatakan bercanda.

"Dih...ngambekan..."

Felix tidak peduli lagi dengan Yonanta. Dia memilih duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Semesta. Wajah adiknya terlihat begitu pucat dan pipinya terlihat mengurus dari terakhir kali Felix mengingatnya.

"Ajak ngomong dong. Dia emang tidur, tapi kalau kamu ngomong dia bisa denger kok. Biar tau kalau kamu kesini."

Dari ekor matanya, Felix tahu jika Yonanta berada di belakangnya sekarang. Dia ingin sekali berbincang dengan adiknya. Tapi dia terlalu sungkan jika ada Yonanta disana.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang