Jalan cerita hidupnya memang seperti drama. Berliku penuh hinaan dan air mata. Tapi dia ingin semua berakhir bahagia seperti dalam cerita dongeng yang dulu selalu dibacanya.
Semesta kini memeluk foto Abian. Ditemani ketiga kakaknya di kamar. Berusaha tenang tapi dirinya tetap tak kuasa menahan tangisnya. Tak ada ucapan, apalagi pamitan, Abian pergi meninggalkan sejuta kenangan juga penyesalan.
"Om Bian bilang...dia pengen kita kayak dulu."
Deandra membuka suara. Benar adiknya tidak meneteskan air mata. Tapi isakan yang lolos dari belah bibirnya terdengar memilukan.
"Om juga pengen minta maaf ke kamu, Sem. Tapi-..."
Tanpa Felix menyelesaikan kalimatnya juga Semesta paham. Abian telah lebih dulu pergi sebelum sempat dirinya memperbaiki semua. Sungguh penyesalan terdalamnya adalah dirinya belum sempat meminta maaf kembali pada Abian. Terlalu banyak yang Abian korbankan untuknya tapi belum sempat sedikitpun Semesta membalasnya.
"Tapi om juga pasti nggak suka kalau kamu nangis terus. Om pasti pengen kamu ngeliat hal-hal yang bahagia."
Isakannya sedikit mereda. Tapi pelukannya pada foto Abian masih tetap erat. Mau bagaimana pun, Abian memiliki tempat tersendiri di hatinya. Kala Cakra tak peduli padanya dulu, Abian yang selalu mengurus semua keperluannya. Kala neneknya selalu menghina dan mencaci dirinya, Abian selalu maju paling depan untuk membelanya. Semesta tak pernah menyalahkan Abian jika sikap omnya itu sempat berubah. Karena disini dialah yang salah.
"Hiks..."
Deandra mendengus, tapi tubuhnya bergerak mendekati Semesta dan memeluk adiknya dengan hati-hati. Felix menyusul dan memeluk sisi lainnya dengan hati-hati pula. Tangan kanan Semesta masih belum pulih benar. Dia tidak ingin adiknya pulih lebih lama. Sedangkan Petra, tdia melihat ketika adiknya yang berpelukan dengan senyum tipisnya. Rasanya ingin kembali pada masa sepuluh tahun tahun yang lalu. Masa ketika mereka masih sibuk bermain dan tidak memikirkan permasalahan orang dewasa.
"Sini Han..."
Felix menarik abang kembarnya untuk ikut bergabung. Ketiganya memeluk anggota termuda di keluarga mereka.
"Jangan sedih ya. Om pasti juga seneng kalau liat kamu seneng disini."
"Maafin kita juga. Mulai sekarang, jangan pendam semuanya sendirian."
"Kamu punya Han, Feli, sama aku. Ada papa sama kak Arin juga. Jangan ngerasa sendirian lagi."
Masih ada sengguk kecil yang terdengar. Tapi hatinya jauh lebih tenang. Hal yang paling ia inginkan dulu ketika ia bersedih adalah ada orang yang akan menjadi sandarannya dan mendengar keluh kesahnya. Katakan Semesta pemuda alay atau apa saja. Tapi setiap orang memiliki keinginan yang berbeda-beda. Apalagi sedari kecil tak merasakan kasih sayang seperti kebanyakan anak seumurannya yang masih dimanja. Hanya sayangnya, dia mendapatkan itu semua ketika ia harus kehilangan salah satu orang yang disayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
Hayran Kurgu▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya. ▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin). ▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka. ...